Hamas Serang Israel

Israel Tantang Dunia, Membangkang dan Menolak Resolusi PBB

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto udara menggambarkan sejumlah bangunan di Gaza City yang rusak parah akibat gempuran udara Israel pada Selasa (10/10/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, NEWS YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya mengeluarkan resolusi terkait perang Israel dan milisi di Palestina usai Dewan Keamanan gagal merilis langkah serupa.

Resolusi PBB itu kemudian disambut hangat Hamas dan otoritas Palestina, namun ditolak Israel.

Pemungutan suara resolusi bertajuk "perlindungan warga sipil dan menjunjung tinggi kewajiban hukum dan kemanusiaan" berlangsung pada Jumat (27/10). Hasilnya, 120 negara mendukung, 45 abstain, dan 14 negara menolak.

Mereka yang menolak di antaranya Amerika Serikat, Israel, dan sebagian besar negara Pasifik seperti Tonga, Fiji, Nauru, Papua Nugini. Sementara itu, mereka yang abstain di antaranya Inggris, Ukraina, Tunisia, Swedia, Australia, Jepang, Italia, India, hingga Jerman. Isi resolusi PBB antara lain,

1. Lindungi warga sipil

Resolusi itu menuntut semua pihak "segera dan sepenuhnya mematuhi" kewajiban berdasarkan hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional."Khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil dan objek sipil," demikian dalam rilis PBB soal resolusi.

Resolusi tersebut juga mendesak semua pihak memberikan perlindungan ke staf bantuan kemanusiaan, orang yang tak bisa berperang, serta fasilitas dan aset kemanusiaan.

Selain itu, resolusi itu meminta semua pihak memungkinkan dan memfasilitasi akses kemanusiaan terhadap pasokan dan layanan penting untuk menjangkau semua warga sipil yang membutuhkan di Jalur Gaza. Lebih jauh, resolusi itu menyerukan pembatalan perintah Israel untuk mengevakuasi warga Palestina, staf PBB, dan pekerja kemanusiaan dari Wadi Gaza.

2. Bebaskan warga sipil

Resolusi itu juga meminta pembebasan "segera dan tanpa syarat" seluruh warga sipil yang ditahan secara ilegal.
Mereka juga menuntut keselamatan, kesejahteraan dan perlakuan manusiawi terhadap para sandera sesuai dengan hukum internasional.

Pernyataan ini juga menegaskan kembali bahwa "solusi yang adil dan langgeng" terhadap konflik Israel-Palestina hanya dapat dicapai melalui cara damai, berdasarkan resolusi PBB yang relevan dan sesuai dengan hukum internasional, serta berdasarkan solusi dua negara.

Saudi Temui Amerika

Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman akan bertemu salah satu pejabat Amerika Serikat di tengah perang pasukan Israel dengan milisi Hamas.

Media Arab Al Arabiya melaporkan, Pangeran Khalid diagendakan bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

Ia juga direncanakan akan menemui Penasihat Keamanan AS Jake Sullivan serta Kepala Kebijakan Timur Tengah, Brett McGurk, di Gedung Putih. Kunjungan tersebut dilakukan di tengah serangan Israel yang semakin meningkat di Jalur Gaza. Israel menyatakan bahwa perang dengan Hamas memasuki "fase baru" dengan serangan udara yang semakin masif.

Arab Saudi sendiri menyatakan mengutuk operasi serangan darat oleh Israel di Jalur Gaza. Serangan itu dkhawatirkan bakal mengancam lebih banyak kehidupan warga sipil Israel.

Pihak Kementerian Kesehatan Hamas melaporkan bahwa total 8 ribuan warga Palestina yang meninggal dunia akibat gempuran Israel di Jalur Gaza. Arab Saudi juga menolak kekerasan Israel terhadap warga Palestina dan menyerukan upaya gencatan senjata.

Pangeran MbS pun menekankan bahwa Kerajaan Saudi menganggap serangan ke warga sipil di Gaza sebagai serangan brutal, serta menekankan perlunya memberikan perlindungan kepada mereka.

"Putra mahkota juga menekankan pentingnya meningkatkan upaya untuk menghentikan operasi militer dan meredakan situasi, untuk menghindari dampak serius terhadap keamanan, perdamaian, dan stabilitas regional dan global," demikian pernyataan Pangeran MbS, seperti dikutip Middle East Monitor.

Perang Lama dan Sulit

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (28/10/2023) mengatakan, perang melawan Hamas akan berlangsung lama dan sulit. Terbaru, militer Israel telah mengepung Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan memperluas operasi daratnya di sana.

“Perang di Jalur (Gaza) akan berlangsung lama dan sulit dan kami siap menghadapinya,” kata Netanyahu dalam konferensi pers, dikutip dari kantor berita AFP.

Konferensi pers diadakan setelah Netanyahu bertemu keluarga sandera yang ditahan di Gaza sejak perang Hamas vs Israel terbaru pecah pada 7 Oktober 2023. Adapun komentar Netanyahu keluar usai pasukan darat Israel memasuki Gaza melalui serangan udara dan artileri besar-besaran pada Jumat (27/10/2023) malam, yang membuka fase baru serangan Israel.

“Ini perang tahap kedua yang tujuannya jelas: menghancurkan kemampuan militer dan kepemimpinan Hamas, dan memulangkan para sandera,” imbuh Netanyahu. “Kami membuat keputusan untuk memperluas operasi darat dengan suara bulat.” Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Sabtu (28/10/2023) berujar, perang Israel-Hamas memasuki fase baru dengan pemboman intensif di Jalur Gaza.

Israel meningkatkan serangan udaranya di Jalur Gaza, membuat ratusan bangunan dan ribuan rumah rata dengan tanah.

Perang Hamas vs Israel terbaru pecah sejak Sabtu (7/10/2023), menyebabkan 1.400 korban tewas di Israel dan mayoritas adalah warga sipil. Sementara itu, di Gaza lebih dari 7.700 orang tewas termasuk sekitar 3.500 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut yang dikuasai Hamas.

Terjebak di RS

Ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata PBB yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).

Sebelumnya, Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang, banyak di antaranya dalam perawatan intensif, adalah hal yang mustahil.

Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil. "Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit," kata White. "Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan," ujarnya kemudian.

Serangan Darat dan Udara

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Israel terus menggencarkan serangan udara di area sekitar rumah sakit, seiring operasi darat yang mereka lakukan di bagian utara Jalur Gaza.

Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza, Bassam Mourad, mengaku telah menerima beberapa peringatan untuk mengevakuasi gedung tersebut.

"Yang pertama adalah melalui panggilan telepon dari Bulan Sabit Merah Palestina yang dihubungi oleh tentara Israel. Mereka meminta seluruh pasien dan pekerja, serta mereka yang berada di rumah sakit, dievakuasi ke selatan Gaza," kata Mourad kepada kantor berita Reuters.

"Mereka menyebutkan bahwa kawasan ini akan menjadi zona militer dan akan berlangsung bentrokan. Kawasan tersebut akan berbahaya sehingga kami harus segera mengungsi," tambahnya.

Dia melanjutkan dengan mengatakan jumlah pengungsi yang tinggal di rumah sakit berkisar antara 12.000 hingga 14.000 jiwa. "Angkanya berubah setiap hari selain departemen rumah sakit dan unit perawatan intensif," ungkap Mourad. (kompas/tribun/cnn/bbc)

Baca juga: Puncak HUT ke-78 TNI, Kodim 0719/Jepara Gelar Panggung Prajurit

Baca juga: Bertanding di GOR Welahan Jepara, Tim Sepaktakraw Jateng Lolos Babak Penyisihan Pra PON Aceh-Sumut

Baca juga: JNE Berangkatkan Umroh 345 Karyawan ke Tanah Suci

Baca juga: Viral Curhat Ibu Rela Jadi Babu, Tapi Anaknya Malah Berlagak Orang Kaya Hingga Bikin Onar

Berita Terkini