TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suasana kelas 6B di sebuah SD di Semarang Timur, Kota Semarang pagi itu hening, Jumat (3/11/2023).
Mereka menundukkan kepala sejenak sembari berdoa untuk mendiang DKW (12) teman satu kelas mereka yang telah berpulang pada Rabu (1/11/2023).
DKW merupakan anak perempuan meninggal tak wajar Semarang yang hingga kini kasusnya belum terkuak.
"Iya, kami berdoa secara khusus untuk korban," ucap wali kelas 6B di SD tersebut, Siti.
Ia menyebut, sangat syok ketika mendengar kabar kematian korban.
Sebab, saat terakhir bertemu dengannya tak ada hal yang mencurigakan.
Ia bertemu terakhir dengan korban saat latihan upacara, Jumat (27/10/2023).
"Korban jadi petugas paduan suara, keluhkan pusing, saya minta untuk istirahat, setelah latihan anak ini masih ikut pelajaran sampai selesai," ungkapnya.
Sehabis itu, pada Senin dan Selasa pekan depannya, korban tidak masuk sekolah dengan keterangan izin sakit.
Izin tersebut dikirim melalui pesan WhatsApp ke nomor Siti.
"Izinnya sakit panas dan kepala pusing, saya jawab di chat itu, semoga cepat sembuh," bebernya.
Ia mengaku, baru tiga bulan mengampu sebagai wali kelas 6 B sehingga belum mengenal korban secara detail.
Dalam komunikasi kegiatan belajar mengajar di kelas, korban lebih sering bersikap pasif.
Untuk kemampuan belajar, korban termasuk murid dengan kemampuan standar atau tidak termasuk murid yang menonjol.
"Anaknya cenderung pendiam, tidak aktif, baru mau menjawab ketika ditanya," paparnya.
Hal demikian diungkapkan pula oleh teman-teman korban.
"Saya tanya ke teman sebangkunya, korban ini orangnya tertutup, pernah cerita hanya soal sepeda listrik," tuturnya.
Selama duduk di kelas 6, kata dia, korban izin selama tiga kali.
Izin pertama selama lima hari dilakukan pada bulan September.
Korban izin untuk ikut pulang kampung bersama orangtuanya karena ada kerabat yang meninggal dunia.
Izin kedua, dilakukan pada Oktober selama dua hari karena sakit kepala.
"Izin terakhir ya kemarin itu," katanya.
Akibat kejadian ini, ia menjadi syok sehingga meminta kepada para anak didiknya untuk bercerita ketika terjadi apapun.
"Tentu syok, makanya saat ini saya minta ke anak-anak lainnya kalau ada apa-apa untuk cerita," bebernya.
Di sisi lain, polisi sementara telah memeriksa keluarga korban meliputi ayah korban berinisial S, ibunya NF dan kakanya DSW.
Ayah korban bekerja sebagai tukang pikul ikan saat malam hari di pasar Kobong.
Ibunya bekerja di toko beras dan kakaknya bekerja di pabrik plastik.
"Kemarin kan sudah ada tiga saksi yang kita periksa, hari ini rencananya saksi yang mengantarkan orangtua korban ke rumah sakit, tapi saksi itu hari ini libur," ucap Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Semarang, Iptu Tri Harijanto, Kamis (2/11/2023).