Oleh: Cristian Widyantoro, S.Pd., Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 16 Kota Surakarta
Pembelajaran Bahasa Inggris memiliki tantangan tersendiri bagi guru dan siswa. Penulis juga merasakan tantangan tersendiri dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris dalam era Kurikulum Merdeka. Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat aspek yang menentukan keberhasilan berkomunikasi. Salah satu aspek yang cukup banyak kuantitasnya dalam pembelajaran bahasa adalah membaca atau reading. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan membaca. Hal ini selaras dengan tujuan pemerintah yang menggalakkan literasi karena literasi pertama yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah literasi membaca dan menulis
Berdasarkan pengamatan penulis sebagai guru, keterampilan membaca siswa kelas VIII, sesuai Buku English for Nusantara Chapter 1 dengan tujuan pembelajaran identify specific information about personal experiences in the past, dengan materi teks recount di SMP Negeri 16 Kota Surakarta kurang memuaskan. Banyak dari siswa bersikap pasif saat pembelajaran bahkan cenderung hanya mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut terjadi karena pemahaman bacaan teks atau keterbatasan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa. Melihat kenyataan tersebut, penulis berencana menggunakan strategi “tete –este – gebeka” sebagai solusinya.
Strategi “Tete-Este-Gebeka” menurut Agus Adib merupakan kependekan dari Tutor Teman Sebaya Terdampingi Guru Berbantuan Kamus/Kartu permainan kata. Strategi ini adalah salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terutama dalam aspek membaca pemahaman (smpn3jepara.sch.id, 30/01/2020). Kemudian, apakah tutor teman sebaya itu? Suherman (2003:276) menuliskan bahwa tutor sebaya adalah sebuah proses dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar diberi bantuan oleh teman-teman mereka sekelas yang mempunyai umur sebaya. Pendapat penulis, tutor teman sebaya akan membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran. Dengan panduan teman mereka, siswa tidak canggung bertanya tentang informasi dalam teks. Penulis beharap dengan strategi ini, siswa dapat mengikuti pembelajaran membaca pemahaman teks recount dengan positif dan maksimal.
Pelaksanaan strategi “Tete-Este-Gebeka” memiliki lima langkah. Pertama, penulis mengklasifikasikan siswa dalam 3 kategori yaitu cepat belajar, tengah dan lambat belajar. Kedua adalah memberntuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 siswa. Setiap kelompok diusahakan mencakup tiga kategori tersebut. Ketiga adalah menunjuk peserta kategori cepat belajar menjadi ketua kelompok sekaligus menjadi tutor teman sebaya. Kelompok ini permanen dan tidak berubah sampai akhir siklus. Keempat adalah pemberian tugas yang dikerjakan secara diskusi kelompok. Kelima adalah presentasi. Presentasi dimulai dari tutor yang ditunjuk lalu bergantian dengan anggota yang lain. Pengkondisian untuk berkompetisi antar kelompok dalam penyelesaian tugas sangat disarankan untuk hasil yang lebih baik.
Pendampingan guru kepada semua kelompok dilakukan secara bergantian agar kesulitan siswa selama pembelajaran cepat teratasi. Jumlah kamus yang mencukupi pada tiap kelompok juga menentukan keberhasilan strategi ini agar siswa bisa adu cepat dalam memahami setiap kata, frasa, kalimat atau paragraf pada teks atau pada permainan kartu kata. Guru akan memberikan reward bagi kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan cepat. Strategi ini dapat dilaksankan dalam beberapa siklus sampai tujuan pembelajaran tercapai.
Strategi “Tete-Este-Gebeka” membuat pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini membuat siswa aktif dalam pembelajaran membaca pada materi teks recount serta membuat kelas menjadi lebih hidup. Siswa lebih fokus sehingga hasil belajar dan motivasi mereka meningkat. Membaca akan terasa lebih menarik.