Pak Guru SLB Ini Sepulang Kerja Membuat Batik Jumputan Aneka Motif

Editor: iswidodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BATIK JUMPUTAN - Galang warga Sukoharjo menunjukkan berbagai motif kain batik jumputan hasil produksinya di Gambiran, Banaran, Talang Baru, Kabupaten Sukoharjo.

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Menjadi seorang pengusaha memang tidaklah mudah. Yang tak kalah penting adalah siap segala konsekuensi yang terjadi dalam membangun bisnis agar tetap bisa eksis di tengah persaingan ketat. Apalagi bila punya profesi lain, maka menjalani usaha tetap harus fokus dan gigih serta disiplin membagi waktu.

Itu yang dialami oleh Galang Perdana (31), seorang guru SLB sekaligus pemilik usaha batik jumputan. Galang menjalani usaha batik jumputan sejak mengerjakan skripsi di jenjang kuliahnya. Dan sekarang dia sudah merasakan manisnya usaha batik jumputan, dengan pengiriman produk hingga luar Jawa bahkan mancanegara.

BATIK JUMPUTAN - Galang warga Sukoharjo menunjukkan berbagai motif kain batik jumputan hasil produksinya di Gambiran, Banaran, Talang Baru, Kabupaten Sukoharjo. (tribunjateng/mahasiswa UIN Solo Magang)

Keseharian Galang mengajar sebagai guru di SLB. Selain itu dia terus menjalani usaha produksi kerajinan batik jumputan. Tempat produksi dan toko batik jumputan miliknya berada di Jl. Gunung Dieng No. 25 Gambiran, Banaran, Talang Baru, Kabupaten Sukoharjo.

"Saya dulu kuliah jurusan pendidikan luar biasa, dan sekarang alhamdulillah bekerja sebagai guru di SLB di Boyolali. Senin sampai Jumat dari pagi sampai sore fokus menjadi seorang pengajar. Sepulang kerja, dia fokus lagi menjalani usaha batik jumputan," kata Galang kepada Afifah Heninda Mufti mahasiswa UIN Solo magang jurnalistik Tribunjateng.com, Sabtu 18 November 2023.

BATIK JUMPUTAN - Galang warga Sukoharjo menunjukkan berbagai motif kain batik jumputan hasil produksinya di Gambiran, Banaran, Talang Baru, Kabupaten Sukoharjo. (tribunjateng/mahasiswa UIN Solo Magang)



Menurut Galang, usaha batik jumputan awalnya telah ada di keluarga besarnya. "Ini usaha turun temurun. Saya generasi ke empat dalam keluarga. Saya benar-benar mulai berkecimpung dan fokus pada batik jumputan pada tahun 2014. Awalnya memanfaatkan garasi rumah nenek untuk produksi dan toko batik jumputan, sampai sekarang," terangnya.

Diterangkannya, produksi batik jumputan diawali dengan proses pembuatan pola hingga kemudian penjemuran. Pewarnaan dilakukan di Penumping sentra produksi batik di Solo, yang juga dia punya saudara di sana.

Batik jumputan kategori batik celup. Batik jumputan dibuat dengan cara ikat celup, yaitu diikat dengan tali yang dicelupkan ke dalam warna. Batik ini tidak menggunakan malam, tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut, sehingga setelah dicelup akan memunculkan warna berbeda pada ikatan tersebut.

Galang memanfaatkan media online seperti instagram, membuat usaha batik jumputan Galang dikenal hingga mancanegara. Melansir dari akun instagram @jumputan_solo dengan pengikut yang telah menembus sampai angka belasan ribu. Dulu awalnya pakai media sosial Facebook sekarang beralih ke instagram.

Karena makin banyak peminat batik jumputan, kini Galang punya 20-30 karyawan dengan status freelance. Karyawan tetap 5 orang.

"Kami memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di tetangga untuk membantu produksi. Ibu-ibu mengambil beberapa kain bahan mentah, dan dibentuk di rumahnya, dan pada tahap-tahap tertentu baru dikembalikan lagi di tempat ini," tutur Galang.

Dia menuturkan menggunakan bahan dasar kain yang terbaik, menggunakan bahan premium supaya konsumen nyaman memakainya. "Saya menjual ukuran 2-3 meter dan itu sudah dalam keadaan potongan dan dikemas dalam plastik. Sehingga pembeli online maupun konsumen datang ke toko biasanya dari kain itu dijahitkan menjadi kebaya maupun rok. Harga mulai Rp 70 ribu hingga Rp 150 ribu sudah mendapat 2 meter," ujarnya.

Dia punya 20 motif batik jumputan dengan filosofi tersendiri, misalnya untuk siraman pengantin, dan sebagainya tentu beda-beda motif. Galang melayani pesanan via online. Bila sudah bayar maka barang akan segera dikirim.

Bila musim kemarau penjemuran cukup dua jam sudah kering. Namun di saat musim hujan butuh waktu lama untuk pengeringan.

Galang mengajak generasi muda tetap mencintai batik. Harus bangga pada budaya warisan yang adiluhung. Selain fokus produksi kain batik jumputan meteran, juga melayani pembuatan sarung bantal, sarung guling, bahkan wujud berbagai pakaian yang telah dijahit dengan berbagai model. (Afifah Heninda Mufti mahasiswa UIN Solo magang jurnalistik Tribunjateng.com)

Berita Terkini