TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Perjuangan siswi SMK di Purworejo ini sungguh bikin haru, membuat kita harus selalu bersyukur apa pun kondisi saat ini.
Salsabila Putri Auliya demikian namanya.
Ia pintar dan periang.
Di usia yang masih 16 tahun Salsa harus menjadi tulang punggung keluarga.
Ia merawat nenek serta dua pamannya yang lumpuh.
Bukan tanpa alasan, Salsabila telah ditinggalkan kedua orangtuanya. Ayahnya menghilang sejak dirinya lahir.
Sementara ibunya meninggal dunia saat Salsabila berusia 2,5 tahun.
Ia pun diasuh oleh neneknya yang saat ini berusia 70 tahun.
Baca juga: Kisah Salsabila Putri, Siswi SMK Yang Berjualan Demi Merawat Nenek dan 2 Paman Lumpuh di Purworejo
Baca juga: 3 PTS di Jateng UKSW, Udinus dan Unika, Mana yang Biaya Kuliah Kedokterannya Paling Murah?
Kini, Salsabila yang mengasuh nenek dan dua pamannya yang lumpuh.
Kondisinya memprihatinkan.
Siswi SMKN 8 Purworejo harus menjadi tulang punggung keluarga saat usianya masih berusia 16 tahun.
Salsabila kerap puasa bahkan pingsan di sekolah karena lapar belum makan sama sekali.
Ia juga berjualan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.
Salsabila juga telah terbiasa mengurus diri sendiri.
Ia bercerita neneknya menderita distonia semacam gangguan gerakan ketika otot-otot berkontraksi tanpa sadar, menyebabkan gerakan berulang atau memutar.
Salsabila mengungkapkan setiap pagi sebelum berangkat sekolah selalu menyiapkan makanan untuk orang-orang di rumah.
Setelah menyiapkan makanan, baru kemudian Salsa berangkat sekolah sambil membawa dagangan yang dijual di sekolah dan dititipkan di warung.
Jarak dari rumah Salsa yang terletak di Desa Tegal Kuning, Kecamatan Banyuurip ke sekolah sekitar 3 kilometer.
Setidaknya ada 10-20 bungkus aneka ragam jajanan yang dititipkan Salsa ke warung-warung.
"Ada keripik pare, sosis, kripik pisang, dan rengginang. Biasanya saya titipkan ke Yayasan juga," kata Salsa saat ditemui di sekolahnya dikutip dari Kompas.com pada Kamis (23/11/2023).
Salsabila mengaku sudah membawa dagangan ke sekolah sejak masih SMP.
Saat itu, gadis murah senyum ini sempat berjualan nasi bungkus yang dijual Rp 3.000.
Mengenai riwayat orang tua, Salsa menyebut ibunya sudah meninggal sejak ia berumur 2,5 tahun.
Sedangkan ayahnya menghilang sejak dia lahir lalu sejak kecil, Salsa diasuh oleh neneknya yang saat ini sudah berumur 70 tahun.
"Saya belum pernah bertemu dengan ayah," ucap Salsa.
Dulu saat neneknya masih sehat dan kuat, nenek Salsa juga berjualan keliling bahkan mengitari sawah.
Menurut Salsa, neneknya berjualan jajan untuk para petani di sawah dan dibayar dengan padi.
Situasi semakin rumit ketika neneknya yang sudah renta menderita penyakit jantung dan gangguan saraf.
Kini hanya Salsa yang jadi tulang punggung untuk menghidupi empat orang, termasuk dirinya.
"Sekarang nenek sudah tidak bisa jualan lagi, sudah tua. Saya belajar banyak dari nenek," kata Salsa.
Akibat kesulitan ekonomi, Salsa sering puasa untuk menekan pengeluaran.
Bahkan tak jarang, Salsa sampai pingsan di sekolah sebab belum sarapan.
"Kadang ya utang di tukang sayur, kadang jual mangga. Kebetulan mangga di rumah baru saja berbuah," kata Salsa.
Siswi kelas XII ini ingin segera bekerja setelah lulus dari bangku SMK.
"Tapi masih bingung, kalau nanti kerjanya jauh siapa yang mengurus keluarga saya," kata Salsa.
Esti Yuwanti Guru BK SMKN 8 Purworejo membenarkan Salsa sering berpuasa dan beberapa kali sempat pingsan di sekolah akibat belum sarapan.
Di mata Esti, Salsa merupakan siswa periang dan cukup bersaing dalam kemampuannya dalam belajar.
"Dia itu tambah gede tambah bertanggungjawab, dia juga merawat adek sepupunya di rumah," kata Esti.
Sosok Salsa sebelumnya viral di TikTok setelah cerita hidupnya diunggah akun @ceritaharuhariini.
Video tersebut sampai saat ini sudah ditonton 11,7 juta kali dan mendapat 1,2 tanda suka.
Setelah viral, Salsa kini telah didaftarkan oleh Yayasan Embun Surga Purworejo dalam platform Kitabisa.com.