Kisah Nabi Syuaib AS Berdakwah Kepada Kaum Madyan di Wilayah Tabuk

Penulis: non
Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Nabi Syuaib AS Berdakwah Kepada Kaum Madyan di Wilayah Tabuk

Kisah Nabi Syuaib AS Berdakwah Kepada Kaum Madyan di Wilayah Tabuk

TRIBUNJATENG.COM - Inilah cerita 25 nabi dan rasul tentang kisah seruan Nabi Syu'aib kepada kaum Madyan untuk menyembah Allah SWT.

Syu’aib berasal dari Madyan.

Nabi Syu’aib diutus untuk berdakwah kepada kaum Madyan dan penduduk Aikah di wilayah Tabuk.

Mereka terdiri dari orang-orang kafir.

Mereka menyembah “Aikah”, yaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon belukar dan tanam-tanaman.

Nabi Syu’aib wafat di Mekah Al Mukarramah.

Kaum Madyan hidup dalam kemakmuran.

Tanahnya subur.

Gandum dan buah-buahan menjadi sumber penghidupan mereka.

Akan tetapi, mereka sering melakukan tindak kejahatan.

Mereka tidak segan menindas orang-orang miskin.

Mereka melakukan praktik penipuan dalam jual beli.

Mereka mengurangi takaran timbangan.

Mereka Juga berbuat licik untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Hal itu terjadi karena mereka tidak memiliki pegangan hidup.

Mereka meninggalkan agama tauhid peninggalan Nabi Ibrahim.

Allah mengutus Syu’aib sebagai nabi.

Tugasnya adalah berdakwah untuk mengajak kaumnya kembali kepada ajaran Allah dan meninggalkan perbuatan buruk mereka.

Nabi Syu’aib segera menyeru kepada mereka, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Allah.

Sesungguhnya, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.

Sempurnakanlah takaran dan timbangan. Janganlah kamu mengurangi barang-barang takaran dan timbangannya.

Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”

Kemudian, Syu’aib kembali berseru, “Janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah.

Janganlah kalian menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Ingatlah, dahulunya kamu berjumlah sedikit.

Lalu, Allah memperbanyak jumlah kamu. Perhatikanlah, bagaimana kondisi sesudah orang-orang berbuat kerusakan.”

Seruan Syu’aib ternyata membuat kaumnya rnarah. Pemuka-pemuka dari kaum mereka yang sombong berkata,

“Sesungguhnya, kami akan mengusir kamu, hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau kamu kembali kepada agama kami.”

Syu’aib pun berkata, “Bagaimana mungkin kami keluar dari kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah? Jika kami melakukan hal tersebut,

kami termasuk orang yang ada dalam kebohongan yang besar.

Kami tidak bisa kembali kepada ajaran sebelumnya kecuali jika Allah menghendaki.

Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal.”

Syu’aib berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.”

Jawaban Syu’aib tentu saja membuat para pemuka kaum Madyan yang kafir kesal.

Mereka berkata, “Sesungguhnya, jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Syu’aib berseru dan memberi peringatan kepada kaumnya,

“Hai kaumku, janganlah pertentangan antara aku dan kalian menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab

seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu.

Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada- Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”

Ternyata, seruan dan peringatan Syu’aib malah ditanggapi dengan ejekan dan hinaan.

Mereka melontarkan ancaman kepada Syu’aib. Mereka berkata, “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu

dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah diantara kami.

Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”

Syu’aib menjawab dengan lantang, “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?

Sesungguhnya Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Hai kaumku, lakukanlah apa yang kalian mampu.

Sesungguhnya, aku pun akan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang aku yakini.

Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta.

Tunggulah azab, sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu.”

Peringatan Syu’aib ternyata tidak juga memengaruhi hati mereka.

Mereka tetap mempertahankan tradisi, adat istiadat, dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka

. Di samping itu, jika sudah merasa tidak berdaya menghadapi penjelasan Nabi Syu’aib,

mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong, seolah-olah Nabi Syu’aib adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung.

Mereka telah berani menentang Nabi Syu’aib.

Mendengar tantangan kaumnya, Nabi Syu’aib berdoa kepada Allah agar menurunkan azabnya kepada kaum Madyan.

Allah berkenan menerima permohonan dan doa Syu’aib.

Allah memerintahkan Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang beriman agar meninggalkan Madyan.

Sementara itu, orang kafir mengira bahwa Nabi Syu’aib pergi karena rasa malu sehingga meninggalkan Madyan. (*)

Berita Terkini