guru berkarya

Peningkatan Kemampuan Berbahasa melalui Metode Bermain Peran

Editor: Editor Bisnis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siti Muamaroh, S.Pd., (TK Kartika III-40 Weleri)

Oleh: Siti Muamaroh, S.Pd., (TK Kartika III-40 Weleri)

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol guna mengungkapkan sesuatu pengertian seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka. Ada 4 (empat) bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara sederhana bisa disebutkan bahwa kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan ilmu bahasa atau kaidah kebahasaan.

Dalam terminilogi pendidikan anak usia dini (PAUD) kemampuan berbahasa berfungsi sebagai hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial anak sehingga maereka dapat menyatakan pandangannya, perasaannya dan sikapnya yang unik serta melalui bahasa anak dapat membangun jati diri. Kemampuan berbahasa sebagai alat mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi dan pikiran (Dwi Esti, 2015).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa pada siswa TK Kartika III-40 Weleri belum optimal terutama di kelompok A. Indikator dari pernyataan tersebut antara lain: anak lambat dalam menjawab pertanyaan dari guru; anak kurang mampu berkomunikasi secara runtut; dalam proses komunikasi kurang terjadi interaksi dua arah; anak belum percaya diri dalam menyampaikan apa yang menjadi gagasannya; anak sulit untuk menirukan 3-4 urutan kata; anak belum bisa menghubungkan gambar dengan tulisan.

Guna mengatasi permasalahan di atas guru akan melaksanakan melaksanakan kegiatan dengan metode bermain peran. Bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung untuk memerankan suatu cerita pada kehidupan nyata. Bermain peran berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dan motivasi belajar anak. Bermain peran memiliki tujuan tertentu ketika dilakukan oleh anak. Alasan lain dipilihnya metode tersebut antara lain: dengan bermain peran anak dapat mengetahui cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh dengan bermain peran: anak dapat melatih dirinya untuk melatih memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan; anak akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif; anak dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama karena pengalaman yang menyenangkan; menarik anak sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; dapat membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri anak serta menimbulkan rasa kebersamaan.

Menurut Endang Mulyatiningsih (2013), penerapan metode bermain peran adalah sebagai berikut: guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang dicapai; guru memberikan skenario secara sederhana; guru menunjuk beberapa anak untuk memainkan peran sesuai dengan tokoh yang terdapat pada scenario; anak yang telah ditunjuk bertugas memainkan peran di depan anak lainnya; anak yang tidak bermain peran bertugas mengamati kejadian khusus dan mengevaluasi peran masing-masing tokoh; guru dan anak merefleksi kegiatan bersama-sama.

Berdasarkan paparan di atas bisa dikuatkan asumsi bahwa metode bermain peran dalam proses pembelajaran jika dilaksanakan secara ideal sangat berpotensi meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada anak. Hal ini tentu saja sebagai salah satu upaya guru dalam mengoptimalkan potensi anak usia dini secara komprehensif sesuai dengan tahap perkembangannya.

Berita Terkini