Berita Semarang

Kisah Para Penyintas Begal Payudara di Semarang, Masih Trauma Padahal Lagi Duduk Manis

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satreskrim Polrestabes Semarang menangkap AMA (16) tersangka begal payudara terhadap FZ (20) seorang mahasiswi asal Pedurungan Semarang di Mapolrestabes Semarang, Kamis (29/2/2024). 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kisah para penyintas begal payudara di Semarang, Jawa Tengah.

Yang memprihatinkan, sejumlah pelaku masih berusia remaja. 

Mereka terpengaruh karena nonton film porno.

Perbuatan mereka membuat para korban trauma.

Rekaman CCTV pelaku begal payudara di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. (DOKUMENTASI POLSEK GUNUNGPATI)

Baca juga: Video Remaja Berusia 16 Tahun Begal Payudara Mahasiswi Saat Pulang dari Ponpes di Semarang

Baca juga: Kronologi Santri Berusia 16 Tahun Begal Payudara Perempuan Saat Pulang Dari Ponpes di Semarang

Polrestabes Semarang selama bulan Februari 2024 telah menangkap dua tersangka kasus begal payudara.

Dua tersangka tersebut masing-masing Destuadi Bram Aldio (25) dan seorang remaja berinisial AMA (16).

Para aktivis perempuan Semarang menilai, banyak kasus pelecehan seksual jalanan yang tak terungkap. 

Sebab, dua kasus yang terungkap lantaran para korban berani melapor ke pihak kepolisian. 

Artinya, masih banyak kasus terjadi tetapi korban enggan melapor. 

Mereka mendorong, pemerintah kota Semarang meningkatkan fasilitas keamanan publik seperti mengaktifkan kamera CCTV di jalanan.

Kemudian memasang lampu penerangan di lokasi rawan.

"Untuk kepolisian harus lebih progresif dalam menangani kasus pelecehan seksual di jalanan karena biasanya kasus terjadi dengan minim bukti," ungkap aktivis perempuan sekaligus Direktur LBH APIK Semarang Raden Rara Ayu Hermawati Sasongko, Sabtu (2/3/2024).

Ayu mengatakan, lembaganya beberapa kali telah mendapatkan aduan terkait kasus pelecehan seksual jalanan yang menimpa perempuan Semarang. 

Namun, mereka enggan melaporkan kejadian itu ke polisi dengan alasan kuatir identitas korban diketahui sehingga takut akan menimbulkan ketidaknyamanan.

"Terlebih ada stigma yang mengakar di masyarakat bahwa korban pelecehan seksual dianggap aib," imbuh Ayu. 

Menukil data pengaduan kekerasan terhadap perempuan ke Komnas Perempuan terdapat 3.442 kasus kekerasan yang dibagi menjadi 3 ranah  yakni ranah personal sebanyak
2.098 kasus, ranah publik 1.276 kasus dan ranah negara 68 kasus. 

Dari angka tersebut, kekerasan personal paling dominan setiap tahunnya. 

Sementara kekerasan di ranah publik, kasus tertinggi adalah siber sebanyak 869 kasus. 

Disusul kekerasan di tempat tinggal (136), kekerasan di tempat kerja (115), kekerasan di tempat umum (101), kekerasan di tempat pendidikan (37), kekerasan di fasilitas medis 6 kasus, kekerasan di tempat kerja luar negri (pekerja migran) 6 kasus dan kekerasan lainnya sebanyak 6 kasus. 

"Bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi di ranah publik adalah kekerasan seksual," tulis laporan itu.

Cerita Penyintas 

Para korban pelecehan seksual jalanan akan merasa trauma selepas kejadian tersebut.

Penyintas korban begal payudara Semarang, berinisial S (25) mengaku, mengalami pelecehan seksual begal payudara saat sedang duduk di kursi pinggir jalan tak jauh di kos tempat tinggalnya.

Ketika kejadian dia sedang momong anak laki-lakinya.

Dia awalnya tak menaruh curiga dengan pelaku yang melintas di depannya dengan mengendarai motor. 

Pelaku lantas memutar arah tak jauh dari tempatnya duduk.

Dia mengira pelaku hendak bertanya alamat.

Ternyata saat mendekat pelaku memegang bagian dadanya.Sontak dia syok dan bingung.

"Saya kaget dan tak sempat berteriak," paparnya.

Selepas kejadian itu, dia sempat bercerita dengan suaminya perihal pelecehan seksual tersebut.

Bahkan dia sempat menangis karena tak menyangka akan mendapat aksi pelecehan oleh pria tak dikenal.

"Tentu trauma, selepas itu tak berani duduk sendirian di pinggir jalan," ungkapnya.

Korban lainnya berinisial P (21) mengatakan, pernah menjadi korban begal payudara di tahun 2020.

Kala itu, ia belum sempat berani speak up lantaran trauma.

"Hanya bisa nangis ketika kejadian.Syok banget dan pikiran blank tidak tahu mau ngapain," jelasnya. 

Ia mengatakan, korban acapkali disalahkan masyarakat karena ketika kejadian tak melawan. 

"Sebagai korban, saya bingung ketika kejadian karena berlangsung cepat dan sangat syok," paparnya. 

Terpengaruh Video Porno 

Para tersangka mengaku, nekat melakukan perbuatan pelecehan tersebut karena merasa ada kepuasan. 

"Ya motif melakukan itu (begal payudara) karena setiap melakukan itu merasa puas," terang tersangka Destuadi Bram Aldio (25) saat konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Senin (5/2/2024).  

Di kasus lainnya, menurut polisi kasus begal payudara di Gunungpati, Semarang yang melibatkan seorang remaja pada akhir Februari 2024 karena tersangka terpengaruh video porno. 

Terpisah, Psikolog dari RS Santo Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro mengungkapkan, tersangka begal payudara maupun begal bokong tidak dapat secara langsung disimpulkan mengalami kelainan seksual. Bisa saja adanya perilaku keisengan dari para tersangka. 

Berbeda halnya dengan kejahatan seksual jalanan lainnya seperti eksibisionisme yang sudah termasuk sebagai kelainan seksual.

"Untuk begal payudara perlu pemeriksaan lebih lanjut," kata Probo. 

Pihaknya kini juga masih menangani dua korban kasus tersebut. Para korban mengaku, merasa trauma, ketakutan, hingga terhina karena sudah berpakaian tertutup namun tetap saja dilecehkan.

"Satu korban sudah dewasa seorang ibu muda baru menikah, satunya lagi masih pelajar SMA, tentu mereka alami trauma tetapi resiliensi seseorang terhadap stres itu berbeda. Harus ada pendampingan yang hangat," tandasnya. (iwn)

Berita Terkini