TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Ratusan sekolah di Demak terdampak banjir. Proses belajar mengajar dilakukan secara daring.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Demak, Haris Wahyudi Ridwan menerangkan 185 sarana pendidikan terdampak banjir. 185 sarana pendidikan itu dari TK Paud hingga SMP.
Pihaknya mengeluarkan imbauan kedaruratan selama bencana banjir.
Pada imbauannya tersebut disebutkan satuan pendidikan terdampak banjir, proses belajar mengajar dapat dialihkan dari rumah atau tempat pengungsian.
"Memberikan tugas tambahan atau pembelajaran moda daring dari masing-masing guru kelas dan guru mata pelajaran," ujarnya, Selasa (19/3).
Haris pun meminta selama bencana kepada seluruh orang tua murid dapat menjaga anaknya tidak bermain di luar yang dapat membahayakan diri.
Selain itu para guru juga diminta untuk melaksanakan tindakan preventif selama bencana banjir.
"Menjaga sarana dan prasarana, buku mata pelajaran, dan aset-aset milik Satuan Pendidikan," ujarnya.
Pihaknya meminta sekolah yang wilayah terdampak banjir agar dapat mengalokasikan sebagian ruang kelas untuk digunakan sebagai tempat pengungsian.
Kegiatan Belajar Mengajar di Satuan Pendidikan yang terdampak banjir dapat mulai aktif kembali jika kondisi banjir sudah surut dan aman.
"Kegiatan Belajar Mengajar sebagian siswa dapat dilaksanakan melalui tambahan tugas atau pembelajaran dengan moda daring," tuturnya.
Suhadi, Kepala SMKN Sayung Kabupaten Demak, mengungkapkan sekolah tidak diliburkan.
"Tidak diliburkan Pak. Pembelajaran secara daring karena bencana alam banjir yang melandaDemak. Sudah diberlakukan sejak 13 Maret hingga kini masih daring," kata Suhadi Kepala SMKN Sayung KabupatenDemak, Selasa (19/3).
Di sisi lain, banjir di Kabupaten Demak, semakin meluas, Selasa (19/3). Bahkan jalan protokol seolah berubah menjadi aliran sungai. Banjir mengalir di sepanjang Jalan Sultan Fatah dengan genangan air terdalam mencapai 50 sentimeter.
Di ujung Jalan Sultan Fatah, tepatnya di wilayah Kampung Bogorame, Kelurahan Mangunjiwan air mengalir cukup deras.
Untuk itu, warga ramai-ramai membendung sejumlah titik jalur untuk menghalau air agar tidak lebih banyak lagi yang mengalir ke pemukiman. Tokoh masyarakat setempat, Untung Sugiharto (46) mengatakan, air masuk di perkampungan sudah mencapai 40 sentimeter.
Untuk itu, warga secara gotong royong membendung sejumlah titik ruas jalan dengan sak yang diisi pasir.
"Antisipasi saat ini gotong royong, membuat tanggul supaya tidak masuk ke kampung," ujar untung kepada Kompas.com, Senin (19/3/2024) malam.
Menurut Untung, para pemuda setempat juga akan berjaga sampai pagi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Berjaga sampai pagi, InsyaAllah nanti sampai jam 4 sahur," beber dia.
Menurut Untung, banjir merupakan luberan dari Sungai Tuntang sehingga kampung Bogorame yang dari tahun 1992 tidak terdampak kini terdampak banjir.
Sementara, air terus mengalir di sepanjang Jalan Sultan Fatah wilayah Kampung Bogorame sejak pukul 15.00 WIB.
"Mulai pukul 15.00 WIB tadi. Tanggul mulai jebol dari arah Sungai Tuntang melebar ke Kelurahan Mangunjiwan," pungkasnya. (rtp/nur/kps/tribun jateng cetak)