Dia kemudian memutuskan untuk mencoba lagi membuka warteg.
Kali ini, dia mengambil alih warteg seorang teman yang juga hampir bangkrut.
Usahanya bertahan hingga 10 tahun dan berkembang menjadi tiga cabang.
Sayudi tidak puas hanya sampai di situ, dia berinovasi dengan menjalankan bisnis waralaba.
Konsep bisnis waralaba ini muncul karena Sayudi kesulitan mengelola tiga cabangnya.
Dia menawarkan pengelolaan warteg kepada teman dan keluarganya dengan sistem bagi hasil.
Bisnis waralabanya berkembang cepat dan membentuk brand Warteg Kharisma Bahari Group.
Sayudi berhasil mengubah stigma negatif tentang warteg dengan menciptakan suasana yang lebih bersih dan nyaman.
Nama Bahari dipilih karena singkatan dari kebersihan, aman, sehat, dan rapi, mengikuti slogan kota Tegal, asal Sayudi.
Kini, Sayudi membuka kesempatan kemitraan dengan Warteg Kharisma Bahari.
Harga kemitraan ditetapkan antara Rp130 juta hingga Rp150 juta, tidak termasuk biaya sewa kios.
Bagi hasil laba bersih dibagi dua jika investor menggunakan karyawan dari Kharisma Bahari Group.
Dengan model bisnis ini, Sayudi kini mengelola lebih dari 800 outlet.
Omset warteg Kharisma Bahari mencapai Rp35 juta hingga Rp45 juta per bulan.
Ada juga warteg yang tetap beroperasi meski dilanda banjir setinggi lutut orang dewasa.
Pelanggan tetap ramai datang, beberapa bahkan rela makan di dalam air.
Kejadian ini menjadi viral di TikTok setelah diunggah oleh akun @shalllshalll.
Video tersebut menunjukkan keadaan warteg di tengah banjir, dengan pelanggan yang tetap menikmati makanannya.
Lokasi warteg tersebut berada di Sukabirus, Bandung.
Video ini memicu berbagai komentar positif dari netizen, menurut Banjarmasin Post.