TRIBUNJATENG.COM - Sebuah tragedi mengejutkan melanda Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel), akhir pekan lalu, ketika longsor memakan korban jiwa sebanyak 20 orang.
Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, mengemukakan dugaan bahwa praktik pertanian yang berlebihan menjadi penyebab utama bencana tersebut.
"Saya kira tidak terlepas dari ulah manusia. Karena apa, pembabatan terhadap pohon-pohon, tidak ada disisakan untuk terasering," ungkap Theofilus Allorerung di Rujab Bupati Tana Toraja.
Bupati juga menyoroti penggunaan pestisida yang berlebihan dalam penanganan lahan pertanian.
Menurutnya, penggunaan pestisida secara berlebihan menyebabkan kematian akar-akar tanaman, sehingga tidak ada akar yang dapat mengikat atau menahan tanah. Hal ini menjadi pemicu utama terjadinya longsor yang merenggut banyak nyawa.
Atas dasar ini, Bupati berencana untuk melarang penggunaan pestisida dalam pembabatan lahan.
Langkah ini diambil untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa depan dan untuk menjaga keselamatan penduduk setempat.
"Ini adalah perilaku petani yang lebih memilih solusi instan. Padahal ini sangat beresiko," ungkapnya.
Olehnya, sangat pentingnya kepada masyarakat untuk mencegah praktik-praktik yang dapat menyebabkan longsor di lereng-lereng.
"Kami selalu mengimbau agar tidak menggunakan pestisida dalam pembabatan lahan lumpur dan juga membuat terasering dari kebun-kebun yang ada di sekitar lereng-lereng," ujarnya.
Menurutnya, insiden di Lingkungan Palangka menjadi contoh nyata bagaimana bambu-bambu turut terseret dalam longsor.
"Bambu pun ikut terseret karena dari atas yang longsor terjadi," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul 2 Dugaan Penyebab Longsor Toraja Tewaskan 20 Orang, Bupati Theofilus Segera Keluarkan Larangan