Oleh: Eko Riyanti, S. Pd, Guru TK Rahayu Sedayu
Budi pekerti secara etimologi terdiri atas dua unsur dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi dalam bahasa Sansekerta berarti kesadaran, pikiran, dan kecerdasan, juga dapat diartikan sebagai paduan akal dan perasaan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan, atau perilaku. Jadi, budi pekerti adalah kesadaran yang merupakan perpaduan dari hasil pemikiran dan rasa, yang ditampilkan seseorang dalam berperilaku.
Budi pekerti merupakan salah satu hasil dari pendidikan karakter secara umum. Pendidikan karakter sangat penting dan strategis dalam membangun bangsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan, dan menjadikan manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki karakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Budi pekerti sebagai induk dari segala etika yang berupa tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
Budi pekerti dapat dibangun melalui beragam cara/metode. Budi pekerti merupakan salah satu produk dari pendidikan karakter yang menjadi tema utama dalam dunia pendidikan, hingga dalam wacana berbangsa dan bernegara. Pentingnya membangun budi pekerti pada anak sebagai generasi penerus agar dapat tetap menjunjung tinggi budaya atau tradisi luhur bangsa serta sebagai pembentuk moral, perilaku, perangai, tabiat serta akhlak yang baik dan bijak berdasarkan paduan akal dan perasaan yang baik juga terpuji dengan menghindarkan diri dari perilaku tercela dan buruk (Hanum, 2018).
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat budi pekerti pada anak didik di TK Rahayu belum optimal. Indikator dari pernyataan tersebut antara lain: anak belum sepenuhnya dapat menjalin dan memupuk rasa persaudaraan di lingkungan sekolahnya dengan baik; anak belum memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menilai lingkungan pergaulannya; sebagian besar anak belum sepenuhnya memiliki etika yang baik/sering berkata kasar dan membentak; anak kurang begitu mengindahkan aturan dan sopan santun ketika berinteraksi dengan orang dewasa; dalam bertutur kata belum bisa menggunakan bahasa yang baik.
Budi pekerti anak tidak terbangun dengan sendirinya tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuhnya budi pekerti yaitu: Insting/naluri, merupakan pola tingkah laku yang bersifat turun-temurun yang dibawa sejak lahir; Lingkungan, merupakan suatu tempat dimana anak berada (lingkungan alam, lingkungan pergaulan, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah); Pendidikan, merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia.
Dalam dimensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) budi pekerti bisa dibangun melalui implementasi metode bercerita pada kegiatan pembelajaran. Metode bercerita adalah penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya hubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu (Novan Ardi Wiyani, 2017).
Keunggulan metode bercerita antara lain: tidak memerlukan banyak biaya; dapat menjangkau jumlah anak yang terlalu banyak; waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien; guru dapat menguasai kelas dengan mudah; akan lebih mudah bagi anak dalam menerima pesan yang akan disampaikan sesuai denga napa yang didengar; dapat meningkatkan moral anak; lebih mudah menyentuh hati dan perasaan anak, seghingga anak akan dengan mudah mengikuti anjuran dan saran yang ada pada cerita yang dibawakan guru; dapat mengasah kecerdasan emosional dan rasa empati anak.