guru berkarya

Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak

Editor: Editor Bisnis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sri Mawardah, S.Pd., TK Handayani Kalirejo Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal

Oleh: Sri Mawardah, S.Pd., TK Handayani Kalirejo Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal

Konsep dan bentuk kreativitas anak usia dini (AUD) dan orang dewasa sangat berbeda. Kreatif dalam pengertian orang dewasa berarti keberadaan keahlian (expertise), keterampilan (skills), dan motivasi dalam diri (intrinsic task motivation). Kreativitas pada anak-anak memiliki ciri tersendiri. Kreativitas anak dikoridori oleh keunikan gagasan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak-anak yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh frame-frame apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan keleluasan beraktivitas. Anak kreatif juga cenderung memiliki keasyikan dalam aktivitas. Kreativitas AUD juga ditandai dengan kemampuan membentuk imaji mental, konsep berbagai hal yang tidak hadir di hadapannya. AUD juga memiliki fantasi, imajinasi untuk membentuk konsep yang mirip dengan dunia nyata (Isenberg & Jalongo, 1993).

Bagi anak, dua syarat kreativitas dapat dikatakan memadai, yakni fluency dan flexibility. Seorang anak dapat dikatakan kreatif ketika ia menemukan pemecahan atas sebuah permasalahan. Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini: Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan; Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita; Berkonsentrasi untuk tugas tunggal dalam waktu cukup lama; Menata sesuatu sesuai selera; Mengerjakan sesuatu dg orang dewasa; Mengulang untuk tahu lebih jauh. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa tingkat kreativitas pada siswa TK Handayani Kalirejo Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal belum optimal.

Guna mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melaksanakan model project based learning (PBL) dalam kegiatan belajar mengajar. PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Menurut Kemendikbud (2013) peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Dipilihnya model tersebut dengan berbagai pertimbangan antara lain : dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik; meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; membuat suasana belajar menjadi menyenangkan; memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara mendalam dengan konten target, sehingga menghasilkan fokus pada retensi jangka panjang; menjadikan anak lebih termotifasi untuk menyelesaikan projeknya dengan cara mereka sendiri; mampu meningkatkan hasil belajar, prestasi, motivasi, dan kemampuan 4C (collaboration, communication, critical thinking, creative thinking). 

Ada beberapa hal perlu diperhatikan ketika menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk siswa PAUD. Pertama, pilih proses yang melibatkan minat murid dari awal prosesnya. Dengan menyesuaikan minat, guru akan lebih mudah memfasilitasi siswa.  Kedua, kegiatan ini tidak untuk menghasilkan produk satu khusus. Setelah siswa melakukan eksplorasi panjang, siswa bisa membuat produk yang berbeda-beda. Hal yang menjadi poin penting adalah kompetensi yang ingin dicapai. Ketiga, guru perlu memakai alat bantu untuk mempermudah siswa dalam memahami permasalahan. Contohnya video, gambar, atau pengamatan langsung. Selanjutnya, guru bisa menggunakan pertanyaan pemantik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.

Berita Terkini