Keduanya akhirnya sepakat untuk menyisihkan upah hasil mencari rumput.
Juragannya memberikan Rp 1,8 juta per bulan.
Selain itu, Paridjan juga bekerja sampingan sebagai tukang jagal hewan.
”Hasil dari tukang jagal bisa digunakan untuk menambah sedikit tabungan haji.
Saya usahakan tiap bulan nabung, jumlahnya tidak tentu, Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 300.000, sebisanya saja," ujar dia.
Paridjan pun belasan tahun mengumpulkan uang sejak tahun 2005.
Suami istri tersebut kemudian mendaftar haji dan akhirnya tergabung dalam kloter 7 yang akan berangkat dari Embarkasi Surabaya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pencari Rumput Asal Lamongan Naik Haji: Yang Uangnya Miliaran Belum Tentu Berangkat kalau Allah Tak Menghendaki"
Baca juga: Mahasiswa Unnes Semarang Calon Haji Termuda Asal Ponorogo, Mendaftar sejak Kelas 3 SD