TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Setiap perjuangan tidak akan mengkhianati hasil. Perumpamaan tersebut menggambarkan perjalanan usaha Abdul Rouf (60) selama lebih dari 30 tahun, kini berhasil mengembangkan usaha konveksi hingga tembus pasar nasional.
Warga Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus itu sudah 34 tahun menekuni usaha konveksi. Produknya sudah sampai di berbagai kota-kota besar di Indonesia, di antaranya Kalimantan, Sumatera, Jakarta.
Rouf, panggilan akrabnya, merintis usaha di bidang konveksi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Usaha yang ditekuninya sejak 1990 itu berangkat dari kesibukannya sebagai tukang jahit keliling di berbagai kota/kabupaten.
Kala itu, dia bekerja banting tulang sebagai tukang jahit untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah di masa mudanya.
Kota terakhir yang menjadi tempat singgah adalah Kota Malang, terjadi ketika berusia 20 tahunan.
Kerasnya perantauan mendidik Rouf untuk hidup mandiri dan sederhana sejak remaja.
Dia hanya mengandalkan keterampilan jahit untuk bertahan hidup dari satu daerah ke daerah lain.
"Ekonomi waktu itu sulit, mau tidak mau harus kerja yang kita bisa, walaupun harus ke luar daerah. Terakhir di Malang, terus saya pulang kembali ke Kudus, ya kira-kira sebelum 1990," terangnya, Kamis (20/6/2024).
Kembali ke Kudus, Abdul Rouf masih menekuni dunia usaha sebagai penjahit, kemudian menikah dan dikarunia dua orang anak.
Sejak saat itu, kebutuhan ekonomi keluarganya meningkat, sementara penghasilan sebagai buruh menjahit tidak cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga.
Tuntutan ekonomi mengharuskan Rouf dan istrinya mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pedagang seragam sekolah keliling.
Setiap hari Rouf bekerja sebagai buruh jahit, sementara istrinya berjualan seragam dari Pasar Kliwon Kudus, menuju Demak, Pati, dan Jepara.
Perjuangan tak kenal lelah sepasang suami istri itu berjalan kurang lebih tiga tahun agar ekonomi keluarga kembali stabil.
Sebagian kecil dari pendapatan Rouf dan istri dikumpulkan menjadi tabungan keluarga. Dengan harapan, kelak bisa mendirikan usaha yang besar dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Setelah bisa nabung sendiri, hasilnya saya belikan kain untuk dijahit sendiri. Waktu itu memang tidak banyak, dananya terbatas karena masih banyak keperluan lain. Ya kita jalani saja, barangkali ini jalannya," tutur dia.
Laki-laki 60 tahun tersebut tidak ingat pasti sejauh mana usaha rintisannya berjalan sejak 1990.
Namun, tak lama kemudian jawaban atas doa-doanya terkabul melalui orangtuanya yang memberikan tambahan modal usaha hasil menjual ternak kerbau.
"Waktu itu saya dan istri tidak menyangka. Tiba-tiba saja orangtua istri memberikan pinjaman tambahan modal, waktu itu sangat berarti untuk pengembangan usaha," jelas dia.
Berkah suntikan modal tersebut, Rouf bisa merintis usaha konveksi lebih besar dengan nama Konveksi Barokah Putra. Usahanya perlahan berkembang menjajaki pasar lokal dan regional.
Hingga akhirnya sampai pada puncak kesuksesan sebagai perintis usaha konveksi seragam sekolah pada tahun 2000.
"Waktu merintis awal memang fokusnya pada seragam sekolah dan baju batik orangtua. Pernah sukses di era 2000-an itu dan punya karyawan sekitar 60-an dengan memanfaatkan alat-alat yang masih manual. Pemasaran di wilayah Kudus, Demak, Pati, dan Jepara," ujar dia.
Perjuangan Rouf dalam merintis usaha konveksi tidak sampai saat itu saja.
Pangsa pasar terbatas, jangkauan pemasaran tidak cukup luas, ditambah persaingan antar usaha yang sama menjadi problem terhadap kemajuan Konveksi Barokah Putra.
Dia pun mulai mengikuti pelatihan-pelatihan marketing pengembangan usaha di dalam negeri hingga ke manca negara.
Semua itu dilakukan untuk menciptakan sebuah inovasi produk dan strategi pemasaran yang lebih baik dengan menyesuaikan perkembangan zaman.
Hasilnya, Rouf membuat inovasi produk berupa seragam kerja, jas almamater, jaket, kaos olahraga, satu set toga, tas, dan beberapa produk lainnya.
Semua itu dilakukan guna menambah ragam produk usaha Konveksi Barokah Putra agar lebih berwarna dan variatif.
Dibantu juga oleh putranya untuk mengembangkan dan memperluas jangkauan pemasaran produk hingga tembus pasar nasional.
Skema UMKM go digital mulai ditekuni, tanpa menghilangkan sistim penjualan secara langsung.
Saat ini rumah produksi Konveksi Barokah Putra terletak di RT 3 RW 5 Padurenan, Gebog, Kudus tidak pernah sepi pesanan.
Setiap harinya bisa menghasilkan ratusan hingga ribuan pcs dengan mempekerjakan kurang lebih 60 karyawan dibantu dengan lima mesin bordir berbasis komputerisasi.
Rouf pun mulai memberikan kepercayaan kepada putra-putranya untuk mengelola usaha konveksi tersebut secara perlahan.
Supaya kelak putranya mandiri bisa mengelola usaha yang dirintisnya berpuluh-puluh tahun.
"Sekarang Alhamdulillah sudah kewalahan memenuhi permintaan dari lokal, regional, sampai nasional. Kalau sampai ke luar negeri, tenaganya tidak mampu. Kami jalani yang sudah ada, semoga berkah," tutur dia. (Sam)
Baca juga: Mbak Ita Optimistis Pudakpayung Jadi Juara Lomba Desa Tingkat Provinsi Jawa Tengah
Baca juga: Kisah Berani Emak-emak Sigedong Tegal Mengejar Pencuri, Korban Sempat Terseret Sejauh 6 Meter
Baca juga: Kota Pekalongan Kirim 54 Atlet untuk Berlaga di Popda Jateng
Baca juga: Mahasiswa Asal Magelang Maling Spesialis Jam Makan Siang : Hasil Curian untuk Bayar Kuliah dan Makan