TRIBUNJATENG.COM - Syamsinar Anni adalah salah satu dari puluhan jemaah haji yang mengalami ketidaknyamanan selama berada di Tanah Suci.
Ia berangkat haji melalui biro travel PT Alhijrah Nurul Jannah yang bermarkas di Jl Sultan Hasanuddin, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Syamsinar Anni dan 40 jemaah lainnya merasakan ketakutan yang luar biasa saat berada di Mekkah. Mereka merasa tidak khusyuk beribadah karena khawatir tertangkap oleh polisi yang berpatroli di Tanah Suci.
"Kami sangat ketakutan, ada yang sampai bersembunyi di WC, di bawah ranjang, dan tempat lainnya," ungkap Syamsinar kepada Tribun-Timur.com saat ditemui di SPKT Polres Barru, Kamis (27/6/2024) dini hari.
Ketakutan ini semakin menjadi saat mereka harus transit di hotel di Mina. Rombongan jemaah terpaksa masuk hotel dalam kondisi gelap-gelapan karena takut tertangkap polisi.
Ketakutan mereka beralasan, karena mereka berhaji dengan menggunakan visa palsu alias visa ziarah.
"Di hotel tempat transit di Mina kita masuk hotel jalan tanpa cahaya lampu karna lampunya dimatikan, dan kita juga didesak untuk cepat-cepat, bahkan kita juga didorong-dorong agar tidak ketahuan oleh polisi di sana," kenangnya.
Derita Syamsinar dan jemaah lainnya tidak sampai di situ.
Ia mengungkapkan bahwa pernah dua hari tidak makan dan makanan yang diberikan travelnya juga makanan basi.
"Saya sampai muntah-muntah pada waktu itu karena makan makanan basi yang diberikan pihak travel," bebernya.
"Jadi selama dua hari itu kita hanya makan snack yang dibagikan orang di pinggir jalan," ungkapnya.
Senada diungkapkan Hantrike Umar jemaah travel Alhijrah.
Ia menyesalkan layanan travel tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Padahal mereka telah membayar sekitar Rp190 juta-Rp200 juta dengan harapan mendapatkan visa haji.
"Padahal di awal sebelum berangkat, pihak travel menjajikan paspor mujamalah, tau-taunya kita hanya mendapatkan visa ziarah saja," tuturnya.