Pelatih pun mengambil sertifikat tersebut kesana.
Pihak panitia memberikan 120 eksemplar sertifikat piagam.
"Katanya, sekitar 120 eksemplar. Tidak ada piala. Jadi, piagam dari sana, bukan dari sekolah. Yang mengeluarkan dari Malaysia," jelasnya.
Siminto menerangkan, hal yang menjadi janggal menurut pelatih adalah video pengumuman menunjukan Gita Bahana Smepsa meraih bronze atau perunggu.
Namun, sertifikat yang diterima adalah piagam gold atau emas.
"Itu yang jadi janggal, jadi polemik, ada masyarakat yang mengadu itu," ungkapnya.
Siminto mengaku, telah dimintai klarifikasi kepada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng.
Saat klarifikasi itu telah dibuat pernyataan karena disinyalir sertifikat tersebut tidak sah.
"Alasan tidak sah yang saya ketahui dari kemarin yang dijelaskan di disporapar provinsi, ada pengumuman disitu bahwa SMPN 1 bukan mendapat gold tapi bronze," katanya.
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa siswa yang menggunakan piagam tersebut untuk PPDB.
Dia hanya menandatangani surat pernyataan.
"Saya tidak menghitung berapa anaknya. Pokoknya ada yang minta tanda tangan, saya tandatangani. Kemarin saya ngobrol dengan SMA 3, ada sekitar 22 anak," sebutnya.
Baca juga: Polisi Selidiki Dugaan Kecurangan PPDB di Kota Semarang 2024, Dalami Kasus Pidananya
Hanya saja, pada hari terakhir PPDB kemarin, dia sudah meminta melalui paguyuban orangtua untuk segera mencabut piagam tersebut karena dianggap piagam yang bersengketa.
Sementara, siswa tetap bisa melakukan PPDB karena tetap tercantum dalam website.
"Kalau sistem tetap tercantum. Seandainya pindah jalur bisa. Saya juga menyarankan pindah jalur. Sementara yang dipakai jalur prestasi, pindah zonasi. Hanya saja zonasi lebih banyak (pesaing)," tuturnya. (eyf)