TRIBUNJATENG.COM- Sosok KH Abdul Ghoffar Rozin atau akrab disapa Gus Rozin terpilih sebagai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah periode 2024-2029. Seperti apa terobosan program PWNU lima tahun ke depan? Berikut wawancara ekslusif Gus Rozin dengan Pimpinan Redaksi Tribun Jateng, Erwin Ardian:
Seperti apa proses pergantian kepengurusan PWNU Jateng?
Kita terpilih ketua PWNU sejak maret 2024. Namun, prosesnya memang panjang sehingga bulan Agustus nanti baru pelantikan. Namun, sejak Maret kita sudah bekerja menyusun program dan menyiapkan pelantikan. Masa jabatan PWNU selama 5 tahun jadi kepengurusan saya nanti selesai tahun 2029.
Apa latar belakang pendidikan Gus Rozin?
Saya asli Pati. Saya menempuh pendidikan di Kajen, Pati. Selama mengenyam pendidikan madrasah ibtidaiyah (MI) hingga madrasah aliyah (MA), tepatnya di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM). Lalu masuk pesantren lagi selama 4 tahun di Jawa Timur. Kemudian saya kuliah di Jakarta, S2 di Monash University di Australia mengambil jurusan Managemen Pendidikan. Lalu kembali ke Indonesia menjadi pengurus NU.
Program apa yang akan dibuat untuk perubahan PWNU ke depan?
Perbuahan itu keniscayaan. Begitu juga dengan PWNU Jawa tengah. Kita berharap berubah menuju hal lebih baik. Memperbaiki apa yang sudah dirintis oleh para pendahulu NU. Di jawa tengah in, jumlah warga NU sangat banyak sekitar 18 juta. Di jawa tengah mayoritas NU terbanyak nomor dua setelah Jawa Timur.
Kemajuan apa yang ingin diciptakan PWNU Jateng di kepengurusan ini?
Lima tahun ke depan kita akan fokus bekerja ke pemberdayaan. kami ingin lebih intens melakukan pemberdayaan,. Saat ini PWNU Jawa tengah memiliki 18 lembaga, dari lembaga pendikan, hukum, filantropi, pertanian dan lembaga lainnya.
Terkait pendidikan, apa program PWNU yang sudah dirancang?
Kami ingin fokus memberdayakan lebih dari 4.000 sekolah di Jawa Tengah, baik madrasah maupun sekolah mulai dari SD/MI hingga SMA atau aliyah. Saat ini, jumlah pesantren NU di Jawa Tengah memilki 5.600 pesantren. Kita ingin memberdayakan secara bertahap agar lebih meningkat kualitasnya. Kita ingin mendorong sekolah NU untuk meningkatkan SDM warga NU. Kami juga ingin meningkatkan digitalisasi di lingkungan NU.
Untuk melakukan perubahan itu, apa tantangan yang harus dihadapi?
Tantangan NU cukup banyak. Seperti tantangan yang sifatnya struktural seperti kebijakan dari pemerintah yang tidak berpihak sehingga perlu diadvokasi. Maka nanti perlu dibuat secamam legal drafting untuk memberi masukan di kebijakan setempat, misalnya soal pendidikan, ekonomi dan kebijakan soal lingkungan.
Bagaimana tantangan NU di dunia digital?
Saat ini tantangan di NU soal dunia digital perlu ditanggapi dengan lebih serius. Kita bekerja keras untuk generasi muda agar lebih peka dunia digital. Sudah saatnya anak muda NU mmeberikan suatu manfaat untuk NU dan masyarakat NU. contohnya di pesantren banyak yang masih menutup diri dengan digital atau gadget. Padahal generasi Z itu sangat akrab dengan dunia digital. Sementara masih banyak pesantren yang beranggapan jka gadget lebih banyak mudharat dibandingkan manfaatnya. Perspektif ini perlu diubah, karena generasi Z tdiak mungkin meninggalkan dunia digital. Menurut saya saat ini dunia digital memiliki banyak sekali manfaatnya jika kita bisa meminimalisir mudharatnya.