Mbak Ita Ajak Masyarakat Kelola Sampah Jadi Cuan Melalui Program Proklim

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu memberikan penghargaan Proklim tingkat Kota Semarang 2024 di Kelurahan Mangunsari, Rabu (25/9/2024).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak masyarakat mengelola sampah menjadi cuan melalui program Proklim. 

Program ini merupakan program berkesinambungan dari kota, provinsi, hingga tingkat pusat. 

ProKlim merupakan program yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Program ini memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang terintegrasi, sehingga dapat mendukung target penurunan emisi GRK nasional dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.

Kota Semarang sempat menyabet penghargaan proklim tingkat pusat untuk 
Proklim Lestari Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, dan Proklim Purwokeling RW 10 Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan pada Agustus 2024 lalu.

Menurut Ita, sapaannya, penghargaan ini menjadi penyemangat agar masyarakat tetap peduli terhadap lingkungan. 

"Proklim bukan hanya gaya-gayaan saja, tujuannya banyak sekali, bagaimana daerah bisa ijo royo-royo walaupun di kota. Manfaatnya banyak," sebut Ita, usai memberikan penghargaan Proklim tingkat Kota Semarang 2024 di Kelurahan Mangunsari, Rabu (25/9/2024). 

Dia mencontohkan, rumah yang sudah dilengkapi biopori di Mangunsari ini. Selain itu, warga setempat juga memanfaatkan daun menjadi kompos. Sampah organik juga dibuat menjadi ecoenzym yang memiliki banyak manfaat. 

"Manfaatnya luar biasa, selain pupuk organik, bisa jadi sabun, mengurai sedimen di saluran, banyak manfaatnya," tuturnya. 

Melalui kegiatan proklim, lanjut Ita, masyarakat bisa memulai memilah sampah, mengurangi sampah ke tempat pembuaangan akhir (TPA). Bahkan, Ita juga memberikan contoh kepada masyarakat melalui kerjasama dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) terkait budidaya loobster air yang mana makanannya diambil dari sampah organik. 

Sementara itu, sampah nonorganik, Ita juga mendorong masyarakat untuk bisa mendaur ulang. 

"Selain ecobrick bisa jadi bahan bakar yang bisa dipakai. Kalau disini untuk traktor atau mesin yang pakai BBM. Di Tambaklorok, bisa untuk kapal-kapal nelayan," katanya. 

Dia berharap, kelurahan-kelurahan lain bisa termotivasi untuk menerapkan program Proklim untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Dyah Supartiningtyas menambahkan, ada 97 kampung proklim di Kota Semarang. Kemudian, diseleksi menjadi lima besar terbaik.

"Ini seleksi ditingkat kota dan akan dibawa ke nasional," ucapnya. 

Hasil seleksi ini, lanjut dia, akan masuk sistem SIRM (Sistem Registrasi Nasional). 
Dia menyebut, ada tiga variabel penilaian yakni mitigasi, adaptasi dan kelembagaan. 

"Termasuk memiliki kelompok KWT, punya bank sampah dan lain-lain," katanya. (eyf)

 

Berita Terkini