Berita Internasional

Seorang Wanita Alami Kondisi Kaku seperti Kayu Setelah Dimarahi Bos di Kantor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Katatonia penyebab tubuh kaku saat depresi

Pingsan katatonik, catatonic stupor, atau catatonia adalah gangguan psikomotorik yang terjadi antara fungsi mental dan gerakan tubuh. Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak secara normal. 

Dikutip dari Healthline (28/2/2020), katatonia dapat berlangsung beberapa jam, minggu, bulan, atau tahun. Namun, katatonia bisa kambuh berkala selama berminggu-minggu hingga bertahun-tahun.

Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami katatonia, yakni:

  • Gangguan perkembangan sistem saraf
  • Gangguan psikotik
  • Gangguan bipolar
  • Gangguan depresi
  • kondisi medis seperti kekurangan folat serebral, gangguan autoimun langka, dan gangguan paraneoplastik langka
  • Obat-obatan tertentu
  • Kelainan otak.

Penderita katatonia akan mengalami banyak gejala seperti berbaring dalam waktu lama dan tidak memberikan respons.

Gejala katatonia di antaranya sebagai berikut:

  • Stupor atau kondisi saat seseorang tidak bisa bergerak dan berbicara, serta hanya tampak menatap kosong
  • Postur tubuh "fleksibilitas lilin" atau seseorang bisa tetap berada dalam posisi sama untuk waktu lama
  • Malnutrisi dan dehidrasi karena kurang makan atau minum
  • Echolalia atau seseorang menanggapi percakapan dengan hanya mengulang apa yang didengar
  • Katalepsi atau kekakuan otot
  • Negativisme atau kurangnya respons terhadap rangsangan eksternal
  • Ekopraksia atau meniru gerakan orang lain
  • Mutisme atau tidak bisa bicara
  • Meringis
  • Psikosis akut atau sulit membedakan kenyataan dan imajinasi
  • Ensefalitis atau peradangan jaringan otak
  • Sindrom neuroleptik maligna (NMS)
  • Status epileptikus nonkonvulsif atau kejang parah.

Orang harus menunjukkan setidaknya dua gejala katatonia selama 24 jam sebelum diperiksa dokter dan didiagnosis menderita katatonia.

Untuk mengatasi katatonia, dokter akan memberikan obat-obatan kepada pasien termasuk pelemas otot dan antidepresan.

Penderita katatonia juga akan menjalani terapi elektrokonvulsif (ECT) dengan mendapatkan aliran sengatan listrik ke otaknya di rumah sakit.

Terapi ini menyebabkan kejang di otak selama satu menit. Namun, kejang tersebut diyakini mengubah jumlah neurotransmiter otak sehingga dapat memperbaiki gejala katatonia.

Selain mengatasi katatonia, penderita akan menjalani pemeriksaan dan terapi lebih lanjut untuk mengatasi penyebab munculnya gangguan tersebut. Misalnya, penderita depresi yang mengalami katatonia perlu mengikuti perawatan untuk menyembuhkan gangguan mentalnya. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dimarahi Bos di Kantor, Seorang Perempuan Alami Kondisi Kaku seperti Kayu, Apa yang Terjadi?"

Baca juga: Seorang Pria Tewas Diinjak-injak Gajah Liar saat Coba Selfie

Berita Terkini