TRIBUNJATENG.COM, PATI - Angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Pati terus menunjukkan penurunan signifikan, dari 2 persen lebih pada 2021 menjadi hanya 0,6 persen pada 2024.
Penurunan ini menjadikan Kabupaten Pati berada di bawah rata-rata provinsi dan nasional.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Pati, Muhtar, menyampaikan bahwa dari total penduduk 1,38 juta jiwa, hanya 8.280 jiwa yang masuk kategori miskin ekstrem berdasarkan rilis terbaru BPS.
"Dari 2021 dengan 2 persen lebih, kini angka kemiskinan ekstrem tinggal 0,6 persen. Data sudah by name dan by address sehingga sasaran penanganan sangat jelas," ujar Muhtar, Senin (23/12/2024).
Strategi Penurunan Kemiskinan Ekstrem
Muhtar menjelaskan bahwa pemerintah menerapkan penanganan terukur dengan tiga pendekatan:
- Bantuan Sosial untuk warga miskin ekstrem yang tidak berdaya, seperti difabel, lansia, atau yang mengalami gangguan jiwa.
- Pemberian Modal Usaha bagi warga yang masih memiliki potensi ekonomi, seperti bantuan ternak kambing atau ayam untuk meningkatkan pendapatan.
- Pelatihan Keterampilan untuk mereka yang belum memiliki keahlian agar dapat berdaya di sektor ekonomi.
"Kunci utama adalah pemberdayaan ekonomi, dengan harapan pada 2025 masalah kemiskinan ekstrem dapat dituntaskan," jelasnya.
Tantangan dan Perubahan Pola Pikir
Muhtar mengakui tantangan besar dalam upaya ini adalah mengubah pola pikir masyarakat agar lebih mandiri. "Kadang, ada yang merasa nyaman hidup dari bansos. Mindset ini harus diubah agar mereka tidak bergantung terus-menerus," tandasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Kabupaten Pati optimis mampu menuntaskan kemiskinan ekstrem dan menciptakan kemandirian ekonomi di kalangan masyarakat.