TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kevin (26) datang jauh dari Gresik dengan membayangkan suasana romantis saat dia dan istrinya memutuskan menghabiskan bulan madu di Semarang.
Semarang menawarkan banyak hal tentang sejarah kolonial, kuliner khas, serta landmark ikonik seperti Lawang Sewu dan Kota Lama.
Sayangnya ekspetasinya harus tertahan, begitu tiba di jantung kota, tepat di kawasan Jalan Pemuda, bayangan itu mulai terkelupas satu per satu, seperti cat yang mengelupas dari tiang halte di jalan Pemuda yang lama mangkrak dan tak aktif digunakan.
Kevin dan istrinya baru dua hari sebelumnya meninggalkan Solo. Dia menyebut Semarang sebagai destinasi impian karena keberagaman tempat wisatanya.
Namun kawasan depan Lawang Sewu yang ramai dilalui turis justru tampak tak terurus.
"Coretan liar ini kurang Bagus, kedua kan juga kurang estetik. Malah terkesan mengurangi keestetikan dari tempat wisata seperti di Lawang Sewu apalagi ini kan tempat kunjungan banyak orang gitu," tutur Kevin, Sabtu (10/5/2025).
Trotoar di sepanjang Jalan Pemuda menjadi saksi diam dari wajah kota yang dibiarkan tercoret bertahun-tahun lamanya.
Vandalisme dan coretan liar merambah hampir semua elemen ruang kota dinding, tiang, pot, pagar, kotak listrik, halte, hingga batang pohon.
Arif Raharjo, pria 42 tahun asal Malang yang merantau di Semarang sejak tujuh tahun lalu, menyebut kondisi ini bukan hal baru.
Dia sering melintas di kawasan tersebut dan mendapati tak ada perubahan berarti.
“Kalau ini mural seni yang cerita sejarah kota, bagus. Tapi ini coretan-coretan nggak jelas. Bikin risih, ganggu mata,” kata Arif.
Dia menyebut bekas halte yang kosong yang saat ini sebagai tempatnya berdiri. Catnya sudah tertumpuk dengan coretan bahkan juga tercium aroma tak sedap.
“Kadang bau pesing. Ini halte, tapi sudah lama nggak dipakai. Harusnya dibongkar atau ditata lagi.” tuturnya.
Pot-pot semen bulat di pinggir jalan yang semestinya memperindah trotoar kini penuh tulisan dan stiker.
Ada yang menulis nama geng, ada juga sekadar simbol tak bermakna. Beberapa batang pohon bahkan dipaku dan dicat juga terkena sasaran vandalisme.
“Enggak tahu siapa yang nyoret. Tapi ya gitu, nggak jelas tujuannya. Yang pasti ini bukan seni masalahnya bukan cuma kotornya, tapi pembiarannya," katanya.
Di sisi lain, kawasan Jalan Pemuda memegang beban simbolik yang besar. Di sinilah sejumlah peristiwa penting sejarah kota pernah terjadi.
Di ujung jalannya berdiri Lawang Sewu, bekas kantor kereta api Hindia Belanda yang kini menjadi ikon, bahkan dikawasan itu berdiri Tugu muda yang merupakan saksi sejarah pertempuran lima hari di Semarang.
Tak jauh dari situ, juga terdapat Balaikota Semarang yang berdiri sebagai pusat pemerintahan. Namun ruang di antara keduanya justru kehilangan sentuhan kepedulian. (Rad)