Bencana Tanah Gerak di Sirampog Brebes

Tanah Gerak Sirampog Rusak 135 Rumah, Pemkab Brebes Masih Proses Ajukan Hunian Tetap

Penulis: budi susanto
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Bencana tanah gerak melanda tiga dusun di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes.

Meliputi Dusun Krajan, Babakan, dan Cupang Bungur.

Total luas area terdampak mencapai 90 hektare, terdiri dari 80 hektare lahan persawahan dan 10 hektare permukiman.

Baca juga: Asa Warga di Tengah Tanah Gerak Sirampog Brebes: Harapan yang Masih Tertinggal di Hunian Sementara

Baca juga: "Lebih Baik Dirobohkan Saja!" Tangis Nasrullah Lihat Rumah Rusak Imbas Tanah Gerak Sirampog Brebes

Akibat bencana ini, 135 rumah rusak dimana 120 di antaranya rusak berat dan 15 lainnya rusak sedang dengan total 570 jiwa terdampak. 

Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan, wilayah tersebut sudah tidak layak huni dan tidak bisa lagi digunakan sebagai lahan pertanian karena masih berpotensi bergerak.

Plt Kalakhar BPBD Kabupaten Brebes, Wibowo Budi Santoso menjelaskan, bencana berlangsung bertahap.

"Hari pertama amblas sekira 30 sentimeter, lalu dalam seminggu berikutnya pergerakan tanah mencapai lebih dari 10 meter," ujarnya pada Jumat (30/5/2025).

Saat ini, para korban telah dipindahkan ke Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun Pemkab Brebes dan mulai ditempati sejak 21 Mei 2025, setelah satu bulan sebelumnya tinggal di posko pengungsian. 

Total terdapat 130 huntara berukuran 3x6 meter, dibangun menggunakan baja ringan dan dinding gazebo, dengan biaya Rp1,3 miliar dari total anggaran penanganan Rp1,6 miliar yang bersumber dari APBD Kabupaten Brebes.

“Untuk logistik di hunian sementara masih cukup untuk satu bulan ke depan."

"Bantuan jaminan hidup dari Kemensos juga diberikan, Rp10 ribu per jiwa per hari selama 90 hari,” tambah Wibowo Budi Santoso.

PATAH - Kondisi akses jalan warga yang patah dan hancur di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, akibat bencana geologi landslide, Rabu (27/5/2025). Sebagian besar warga saat ini masih menetap di hunian sementara yang didirikan oleh pemerintah pasca bencana. (TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)

Karena kondisi wilayah sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali, Pemkab Brebes mengajukan pembangunan 130 Hunian Tetap (Huntap). 

Proposal diajukan ke BPBD Jateng untuk penyediaan tanah senilai Rp15 juta per unit dan ke BNPB melalui Dana Siap Pakai (DSP) untuk pembangunan fisik Rp60 juta per unit.

Menurut Wibowo Budi Santoso, lokasi hunian tetap yang diusulkan seluas 1,6 hektare telah melalui kajian geologis dan dinyatakan aman. 

"Proses pembelian tanah dan pembangunan hunian tetap akan dikelola langsung oleh warga melalui kelompok masyarakat (pokmas), dengan bantuan langsung masuk ke rekening mereka," jelasnya.

Namun dia mengakui bahwa proses ini tidak bisa cepat.

“Kalau merujuk pengalaman daerah lain, prosesnya bisa memakan waktu paling cepat satu tahun,” katanya.

BPBD Kabupaten Brebes Brebes juga terus menjalin komunikasi dengan instansi pemerintah dan pihak swasta untuk memastikan kebutuhan masyarakat terdampak tetap terpenuhi. 

Wibowo mengimbau masyarakat untuk lebih menjaga lingkungan, khususnya di kawasan hulu dan pegunungan. 

"Mari jaga alam, hutan yang gundul harus jadi perhatian bersama," ujarnya.

Baca juga: Gubernur Jateng Berencana Bangun Tanggul Laut dari Sayung Sampai Brebes

Baca juga: 7 Fakta Tanah Gerak di Sirampog Brebes, Apa Penyebabnya? Kini Jadi Desa Mati

Pertimbangkan Aspek Geologis

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi yang telah meninjau lokasi pengungsian di Gunung Poh, Sirampog beberapa waktu lalu menegaskan pentingnya pertimbangan geologis dalam proses relokasi.

“Saya ingin agar segera dicarikan tempat yang representatif."

"Harus cepat dan dikaji secara geologis."

"Jangan sampai memindahkan penduduk, tapi jalurnya nanti mbledug meneh (bergerak lagi)."

"Harus benar-benar aman untuk tempat tinggal,” tegasnya.

Sebagai bentuk dukungan, Pemprov Jateng telah menggelontorkan bantuan Rp2,01 miliar untuk mendukung proses rekonstruksi, termasuk perbaikan rumah dan fasilitas ibadah.

Gubernur juga menekankan pentingnya pendekatan psikososial dalam relokasi. 

“Yang paling penting bukan hanya memindahkan fisik warga, tapi juga mentalnya."

"Harus yakin dan siap tinggal di tempat baru, bukan kembali ke lokasi lama yang berisiko,” ujarnya.

Ahmad Luthfi berharap seluruh proses dapat berjalan cepat dan tepat, demi keselamatan dan kenyamanan warga. 

“Tidak boleh main-main dalam urusan ini."

"Nyawa dan masa depan warga jadi prioritas,” imbuhnya. (*)

Baca juga: PSIS Dijatuhi Sanksi FIFA, Begini Kata Agung Buwono Direktur Utama Mahesa Jenar Semarang

Baca juga: Cerita Perjalanan Mewah Kevin Warga Jakarta Naik Suite Class Compartment di Stasiun Semarang Tawang

Baca juga: Banjir Rob di Pati Matikan Sektor Pariwisata, Pantai Mina Mangrove Dulunya Ramai Pengunjung

Baca juga: Ini Tampang 2 Pemuda Karanganyar Pengedar Tembakau Sintesis, Bahan Cairan Dibeli dari Medsos

Berita Terkini