TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN – Keresahan dialami Hanes Mufti (28), seorang warga Plumbon, Suruh, Kabupaten Semarang, setiap kali mengendarai motor melewati Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga, terutama simpang empat Salib Putih.
Jalan menghubungkan mobilitasnya dari rumahnya menuju ke Ungaran atau Kota Semarang itu kini lekat dengan bayang-bayang kecelakaan.
“Setiap hari saya lewat situ, tapi di sana itu agak menyeramkan karena kendaraan berat sering kecelakaan akibat rem blong.
Saya takut kendaraan meluncur tak terkendali dan menabrak pengendara lain,” kata Hanes kepada Tribun Jateng, Selasa (3/6/2025).
Pernyataan Hanes mencerminkan keresahan sebagian pengguna jalan yang melewati jalur turunan tajam Simpang Salib Putih.
Dengan medan curam, kabut tebal saat pagi dan malam, serta lalu lintas kendaraan berat, jalur ini seringkali menjadi momok.
“Lampu motor saya sudah terang, tapi tetap nggak bisa tembus kabut dan anginnya cukup kencang.
Harapan saya sih ada flyover atau underpass, supaya yang dari Kopeng tidak bersimpangan dengan kendaraan dari JLS,” imbuh dia.
Tiga Kecelakaan dalam Sepekan
Kekhawatiran Hanes tersebut bukan tanpa dasar.
Dalam sepekan terakhir, JLS Salatiga mencatat tiga kecelakaan lalu lintas, dua di antaranya terjadi hanya dalam selang kurang dari dua jam pada Sabtu (31/5/2025).
Semua penyebab kecelakaan tersebut diduga rem blong seusai kendaraan menuruni turunan panjang.
Kecelakaan pertama terjadi pukul 08.00 WIB, saat truk tangki Fuso dari arah Solo menuju Semarang menabrak truk dan empat sepeda motor.
Sekitar pukul 09.30 WIB, sebuah bus pariwisata dari Pasuruan kehilangan kendali dan memilih keluar jalur, masuk ke kebun untuk menghindari.
Sementara itu, pada Senin (2/6/2025) sore, kecelakaan kembali terjadi.
Sebuah truk dari arah Kopeng mengalami rem blong dan menabrak sepeda motor yang sedang parkir.
Polisi Akui Simpang Salib Putih Rawan Kecelakaan
Kasatlantas Polres Salatiga, AKP Darmin mengakui bahwa Simpang Salib Putih terbilang titik rawan kecelakaan, khususnya dari arah Kopeng yang memiliki turunan panjang lebih dari satu kilometer.
“Selama saya menjabat, sudah ada tiga kejadian besar, dua bus dan satu truk rem blong.
Jalur ini memang berpotensi bahaya, terutama untuk pengemudi yang belum paham medan,” kata Darmin.
Dia menambahkan, rambu peringatan dari arah Tingkir sudah cukup banyak, namun dari arah Kopeng perlu perhatian lebih.
Untuk itu, Satlantas akan memasang water barrier baru, lampu peringatan, dan papan MMT berisi imbauan.
“Kami tetap mempertahankan rekayasa lalu lintas tanpa lampu merah agar arus tetap mengalir.
Kendaraan dari Kopeng tidak bisa langsung ke Salatiga, harus putar balik lewat JLS,” tegas dia.
Dishub: Masih Terkendala Lahan untuk Bangun U-Turn
Dari sisi perencanaan infrastruktur, Kepala Dinas Perhubungan Kota Salatiga, Sri Satuti mengatakan bahwa pemerintah sudah berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Dishub Provinsi Jateng, dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN).
“Detail Engineering Design (DED) untuk dua titik putar balik sudah disusun oleh KNKT.
Tapi implementasinya masih terkendala luas lahan,” jelas Satuti.
Dia menyebut, kendaraan dari arah Kopeng akan langsung diarahkan belok kiri dengan lebih landai.
Tempat putar balik disiapkan lebih besar agar aman bagi kendaraan besar.
“Kami tidak bisa memantau kelayakan teknis semua kendaraan karena sebagian berasal dari luar kota, seperti Jawa Timur.
Tapi kami akan gencarkan sosialisasi uji KIR dan imbauan untuk sopir agar lebih sadar kondisi kendaraan dan medan,” pungkas dia. (*)