TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Fatonah duduk di atas kursi kecil di lapaknya, di sebuah lorong Pasar Rakyat Sido Makmur Blora.
Tangannya sibuk membersihkan tumpukan beras yang ada di sebuah ember di depannya.
Matanya sesekali menatap ke arah lorong-lorong pasar, berharap ada pembeli mampir ke lapaknya untuk membeli beras.
Sembari bercerita, Fatonah mengatakan terjadi penurunan penjualan beras dagangannya.
Baca juga: DPRD Kudus Soroti Inovasi Menu MBG Tanpa Nasi, Kecukupan Gizi Dipertanyakan
Baca juga: Ada Belatung di Lele Program MBG SMK Pangudi Luhur Magelang, Ini Kata Pihak Sekolah
Fatonah menduga, salah satu faktornya adalah dampak dari adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program yang disebut berdampak dengan perputaran ekonomi di daerah tersebut ternyata justru merugikan Fatonah.
Hal itu karena mayoritas pelanggannya adalah pedagang kantin sekolah.
"Dulu, sebelum ada program makan bergizi gratis itu, saya bisa jual sampai 20 kilogram sehari.
Sekarang, hanya di bawah 10 kilogram per hari," jelasnya, Sabtu (2/8/2025).
Lebih lanjut, Fatonah menjelaskan, sebagian besar pembelinya dulu adalah pedagang kantin sekolah.
Mereka beli beras untuk jualan nasi di kantin sekolah.
Tetapi karena sudah ada program MBG, anak-anak di sekolah jarang beli makan di kantin.
"Jadi pelanggan saya itu yang sering jualan di sekolahan itu nggak laku.
Biasanya mereka habis 5 kilogram, tetapi sekarang cuma 1 kilogram, kadang 2 kilogram itu.
Semenjak ada itu, jualan beras saya juga kurang laku," kata perempuan berusia 55 tahun itu.