10 Fakta Game Roblox yang Dilarang Dimainkan: Dari Konten Dewasa hingga Perhatian Menteri
TRIBUNJATENG.COM – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti melarang anak-anak bermain game Roblox.
Game tersebut memang saat ini sedang tren di usia anak sekolah dasar
Roblox merupakan platform game daring yang sangat populer, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
Meski dikenal sebagai ruang kreatif untuk membangun game sendiri, sejumlah konten dalam Roblox telah dinilai berbahaya, tidak mendidik, dan bahkan melanggar hukum.
Mendikdasmen menilai game tersebut menampilkan adegan kekerasan.
Pernyataan ini terlontar saat Mendikdasmen meninjau pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).
Ia sempat bercengkrama dengan para murid dan mengingatkan untuk tak terlalu lama bermain handphone dan tak menyaksikan konten kekerasan.
Di antara keramaian salah satu siswa mengatakan senang bermain Roblox.
"Jangan main yang itu karena itu tidak baik ya," Mendikdasmen merespons pengakuan siswa.
Berikut ini 10 fakta penting seputar game Roblox yang dilarang dimainkan:
1. Mengandung Unsur Dewasa
Sejumlah game di Roblox secara terang-terangan menampilkan konten seksual, pakaian minim, hingga simulasi hubungan intim. Konten semacam ini melanggar Community Guidelines Roblox dan langsung diturunkan oleh moderator. Hal ini sangat berbahaya mengingat mayoritas pemain adalah anak di bawah umur.
2. Game Kekerasan dan Penyiksaan
Game yang menampilkan adegan pembunuhan, penyiksaan brutal, hingga tubuh berdarah-darah dengan visual sadis menjadi perhatian. Roblox melarang keras unsur gore, karena bisa menormalisasi kekerasan bagi anak. Menteri Mu’ti:
“Kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa. Tapi kalau dia main dengan temannya lalu temannya dibanting, kan jadi masalah,” katanya saat acara Cek Kesehatan Gratis di Jakarta Pusat.
" kadang-kadang anak-anak ini tidak memahami bahwa yang mereka lihat itu kan sebenarnya sesuatu yang tidak nyata," kata Abdul Mu'ti.
3. Simulasi Penembakan di Sekolah
Beberapa game bahkan meniru adegan penembakan sekolah, tema bunuh diri, atau kejadian tragis lainnya. Ini dinilai sangat mengganggu dan membahayakan kesehatan mental anak. Roblox segera menghapus konten semacam ini, meski sering muncul kembali dengan nama berbedan
4. Eksploitasi Anak dan Grooming
Roblox sempat dikritik sebagai ruang terbuka bagi predator online. Kasus grooming, yakni rayuan dan pendekatan seksual terhadap anak-anak telah ditemukan di dalam obrolan game. Pengawasan ketat sangat diperlukan, dan Menteri PPPA Arifatul Choiri menegaskan:
“Harus ada pengawasan dari orang tua, jadi pola asuh dalam keluarga harus diperhatikan,” katanya di UI, Depok, 5 Agustus 2025.
5. Konten Rasis dan Ekstremis
Terdapat laporan bahwa beberapa game menampilkan simbol-simbol kebencian, seperti logo Nazi, atribut KKK, dan lainnya. Anak-anak yang memainkan game ini berisiko menyerap paham radikal tanpa disadari. Roblox telah menindak tegas konten yang mengandung ujaran kebencian.
6. Pelanggaran Hak Cipta (Fan Games)
Game seperti Pokémon Brick Bronze sempat digandrungi, tapi akhirnya dihapus karena melanggar hak cipta. Banyak fan game dibuat tanpa izin pemilik merek, dan Roblox secara rutin men-take down konten-konten tersebut untuk menghindari tuntutan hukum.
7. Tema Eksekusi dan Horror Sadis
Beberapa game horror menampilkan eksekusi sadis, pemotongan tubuh, hingga jeritan menyeramkan. Tema seperti ini sangat mengganggu psikologi anak-anak. Roblox telah melarang game dengan inspirasi dari film seperti “Saw” atau “The Purge”.
8. Penipuan dalam Mikrotransaksi
Roblox memiliki mata uang bernama Robux. Sayangnya, beberapa game menggunakan mekanisme scam—seperti membeli item palsu atau menjanjikan fitur premium—yang merugikan pemain. Roblox terus memantau dan memblokir game yang merugikan secara finansial.
9. Pengawasan Parental Control Masih Lemah
Meski tersedia fitur pengawasan orang tua, Roblox tetap dianggap belum cukup aman. Arifatul Choiri menyampaikan pentingnya keterlibatan orang tua secara langsung:
“Kami selalu mengingatkan agar keluarga membangun pola asuh yang tidak berfokus pada gadget,” jelasnya.
Hal ini didukung oleh Mu’ti yang berkata:
“Dampingi anak saat bermain gawai. Pandu supaya yang diakses bermanfaat dan edukatif.”
10. Game Bermasalah Muncul Kembali
Meski sudah dihapus, banyak game berbahaya muncul lagi dengan nama dan identitas baru. Roblox menggunakan moderasi otomatis dan manual, tapi sistem ini belum sepenuhnya efektif. Karena itu, peran keluarga menjadi garda terdepan.
(*)