TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Watum (54) tampak kebingungan di depan sebuah kios beras yang berada di Blok C Pasar Pagi Kota Tegal, Rabu (6/8/2025).
Dia bimbang akan membeli beras sebanyak 1 kuintal atau hanya 50 kilogram saja.
Sehari-hari, dia memang berjualan beras di lingkungan tempat tinggalnya di Desa Mejasem, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.
Tetapi, beberapa hari ini, penjualan beras ecerannya di rumah menurun.
"Harganya masih tinggi sampai Rp 16 ribu per kilogram. Saya ambil keuntungan Rp 1.000, jadi dijual Rp 17 ribu," katanya kepada tribunjateng.com.
Watum mengatakan, dia membeli beras di pasar biasanya satu minggu sekali, sebanyak 1 kuintal.
Tetapi karena penjualan lagi menurun dia hanya membeli setengah kuintal atau satu karung berisi 50 kilogram beras.
Belum lagi dampak isu beras oplosan yang juga mempengaruhi penjualan beras.
"Saya berharap, jangan naik terus. Biar masyarakat gak kesusahan," ungkapnya.
Warga lain, Yuli (38) mengatakan, harga beras yang tak kunjung turun dalam sebulan terakhir membuatnya harus mengurangi barang belanjaan.
Biasanya seminggu, dia membeli beras sebanyak 5 kilogram, tetapi diturunkannya menjadi 3 kilogram.
Dia beli lagi saat berasnya sudah habis.
"Harga beras gak turun-turun. Harapannya pemerintah bisa menstabilkan harga," katanya.
Pembeli Menurun
Sementara itu, pedagang beras di Pasar Pagi Kota Tegal, Taufik (52) mengatakan, harga beras mengalami kenaikan sejak dua bulan lalu.