UKSW SALATIGA

OHOPROS: Jembatan Digital Guru dan Orang Tua SD dari UKSW

Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LUNCURKAN APLIKASI - Foto bersama dalam pembukaan Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) sekaligus meluncurkan aplikasi Online Home Process Skills (OHOPROS).

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga melalui sinergi antara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Teologi resmi membuka Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) berdampak sekaligus meluncurkan aplikasi Online Home Process Skills (OHOPROS), belum lama ini di SD Kristen 01 dan SD Kristen 04 Salatiga. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tahun 2025, yang dirancang untuk menanggapi tantangan komunikasi antara guru dan orang tua dalam mendampingi siswa sekolah dasar secara lebih komprehensif. 

Baca juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi UKSW Salatiga Hadirkan Pertunjukan Seni Edukatif di Sekolah-sekolah

Jembatan Komunikasi

Ketua Tim PKM OHOPROS, Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd., mengungkapkan berdasarkan hasil asesmen awal di sekolah mitra, ditemukan bahwa komunikasi antara guru dan orang tua selama ini masih terbatas pada aspek nilai akademik semata.

“Padahal pendidikan anak di usia dasar mencakup dimensi yang jauh lebih luas, termasuk perkembangan karakter, sosial-emosional, kemampuan berkomunikasi, hingga spiritualitas,” ungkapnya. 

Di satu sisi, guru cenderung fokus pada pencapaian akademik, sementara di sisi lain, sebagian besar orang tua memiliki anggapan bahwa pendidikan hanya soal nilai tinggi.

Ketimpangan persepsi ini berdampak pada rendahnya komunikasi yang mendalam dan berkelanjutan di antara kedua pihak, yang biasanya hanya terjadi saat penerimaan rapor atau ketika muncul permasalahan dalam proses belajar mengajar.

Gamaliel melanjutkan, situasi tersebut mendorong Tim OHOPROS UKSW merancang sebuah solusi berbasis teknologi digital yang kontekstual, yaitu melalui pengembangan aplikasi OHOPROS.

“Aplikasi ini ditujukan sebagai jembatan komunikasi yang memfasilitasi keterlibatan orang tua dan guru secara aktif dalam mendampingi anak dari tiga aspek utama, yakni penalaran ilmiah, perkembangan sosial-emosional, serta pendampingan spiritual,” tambahnya.

Konsultasi Secara Daring

Dalam peluncurannya, aplikasi ini diperkenalkan kepada 59 orang tua siswa, dua kepala sekolah, empat guru kelas, dua perwakilan yayasan, dan enam anggota tim PKM UKSW.

Kegiatan ini melibatkan Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd., sebagai ketua tim, bersama dua dosen lainnya, Agustina Tyas Asri Hardini, M.Pd., dan Pendeta Iky Sumarthina Putri Prayitno, Th.D.

Turut terlibat pula tiga mahasiswa, yaitu Iston Umbu Kura Lena dari Program Studi Magister Agama Fakultas Teologi, serta Evina Aini Damayanti dan Angelina Iin Kurniawati dari Program Bachelor of International Primary Education (BIPE) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP.

Melalui OHOPROS, orang tua dan guru dapat menggunakan layanan digital untuk berkonsultasi secara daring, mengunggah dokumentasi perkembangan anak, serta mengakses berbagai fitur pendampingan yang dirancang dengan nilai-nilai Kristiani. 

Aplikasi ini menyatukan elemen kerohanian, kurikulum, dan analisis perkembangan anak dalam sebuah sistem terpadu yang mudah diakses.

Fitur yang dikembangkan mencakup pendampingan kerohanian dan sosial-emosional, bantuan kurikulum dan penalaran ilmiah, serta analisis karakteristik anak dalam pendekatan yang humanis dan kontekstual.

Bangun Komunikasi Efektif

Kepala SD Kristen 04 Salatiga, Natalia Setyawati Br Tarigan, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap keberadaan aplikasi ini.

“OHOPROS sangat membantu sekolah dalam membangun komunikasi efektif dengan orang tua, terlebih dalam kondisi di mana pertemuan langsung sulit dilakukan karena keterbatasan waktu,” ujarnya.

Ia menilai fitur dalam aplikasi ini sangat ramah pengguna dan dirancang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Ia juga menekankan, kehadiran para konsultan yang ahli di bidang pendidikan dan iman menambah kekuatan dalam membangun kolaborasi strategis yang berdampak pada motivasi dan prestasi siswa. 

Antusiasme orang tua pun terlihat dari banyaknya konsultasi yang terekam sejak aplikasi diperkenalkan.

Peluncuran aplikasi ini menandai komitmen UKSW dalam mendukung Asta Cita ke-4 tentang penguatan sumber daya manusia (SDM).

Selain itu, program ini juga relevan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDGs 4 pendidikan berkualitas, SDGs 3 kehidupan sehat dan sejahtera, serta SDGs ke-16 perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh.

Baca juga: UKSW Masuk 10 Besar PTS Terbaik Nasional Versi Webometrics 2025

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. 

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Salam Satu Hati UKSW!

Berita Terkini