TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menyambut HUT ke-80 RI sekaligus memperingati Hari Pramuka ke-64, Sekolah Luar Bisa (SLB) Negeri Kota Semarang menggelar sejumlah kegiatan lomba yang berlangsung sejak pagi hingga siang pada Kamis (14/8/2025).
Beberapa kegiatan lomba yang dilaksanakan antara lain, lomba fruit birthday, lomba karnaval, dan lomba pacu jalur.
Salah satu yang menarik adalah, lomba paju jalur yang diikuti lintas ketunaan.
Baca juga: Asah Kekompakan, DWP Kudus Gelar Lomba Masak
Inspirasi lomba ini datang dari tradisi balap perahu khas Riau bernama pacu jalur, yang juga sempat mendunia dan diperagakan berbagai tokoh internasional mulai dari olahragawan hingga artis ternama.
Lomba pacu jalur di SLB Negeri Semarang ini berlangsung di panggung utama kegiatan. Para peserta menunjukkan performa terbaiknya dalam lomba pacu jalur tersebut lewat sebuah properti berbentuk perahu yang telah disiapkan oleh panitia.
Salah satu peserta, Davin Yuda Prayoga dari SDLB kelas 6, Kampus 2 SLB N Semarang di Ngaliyan mengaku tampil percaya diri saat mengikuti lomba.
Pantauan tribunjateng.com, Davin menjadi kelompok pertama yang maju dalam lomba Pacu Jalur tersebut.
Adapun Davin didapuk sebagai penari di bagian depan perahu.
“Senang sekali ikut lomba ini hari ini. Tahun lalu saya juga ikut lomba dalam rangka HUT RI. Dan kalau untuk Pacu Jalur ini kami berlatih tiga hari,” ucap Davin, yang merupakan penyandang tuna rungu tersebut.
Saat diwawancara, dia dibantu guru kelasnya Arsy Sartika Melati ketika menjawab pertanyaan wartawan.
“Davin punya pengalaman tampil sebelumnya dan anaknya mudah diarahkan. Tim kami terdiri dari 11 orang, gabungan siswa, guru, dan orang tua. Kostumnya terinspirasi dari budaya dari Riau, sesuai ikon Pacu Jalur,” imbuh Arsy, gurunya.
Peserta lomba pacu jalur lain, Azka Nuruz Syihab, siswa kelas 4D, juga bersemangat meski baru pertama kali ikut lomba ini. Ia mengaku sempat kesulitan sebab harus memperagakan tengah mendayung sambil duduk di kursi roda.
“Senang, meski agak sulit pas naruh properti,” ujarnya.
Arsanto, guru pendamping Azka, mengakui tantangan terbesar adalah menyesuaikan irama.
“Tapi dukungan orang tua luar biasa. Mereka ikut membuat dayung, membantu kostum, bahkan ikut mengatur koreografi,” ungkapnya.
Kepala SLB Negeri Semarang, Sri Sugiarti, menjelaskan bahwa tarian ini bukan hanya hiburan.