Yang mana mobil listrik ini bisa mumpuni dan bisa ikut bersaing dengan Universitas-Universitas lain juga," jelas mahasiswa semester 6 tersebut kepada tribunjateng.com, di kampus pusat UPGRIS, Jumat (15/8/2025) pagi.
Axel mengatakan, pengembangan mobil listrik tersebut kedepan akan terus berlanjut.
Salah satunya yakni perubahan pada bodi mobil yang saat ini masih menggunakan plat besi, rencananya akan dirubah dengan penggunaan bodi bahan karbon agar bobotnya bisa lebih ringan.
"Terutama kita juga ada inisiatif untuk merombak bodinya juga dan kita akan merombak terkait dengan sistemnya.
Bahwasannya mobil ini tidak hanya berhenti di mobil listrik, melainkan juga nanti akan beroutput di autonomous mobil atau juga sebagai mobil yang terintegrasi dengan sistem otomatis," kata Axel.
Mahasiswa lain, Wildan Louise Fernando yang bertanggung jawab pada sistem kelistrikan, mengatakan mobil ini menggunakan baterai berjenis Lithium Iron Phosphate (LiFePO4) berkapasitas 48V 50A atau sekitar 2400W.
Baterai tersebut saat ini umum diterapkan di berbagai kendaraan listrik karena tidak rentan terhadap panas berlebih.
“Dengan sistem motor BLDC, mobil listrik ini mampu mencapai 50 km/jam selama 2 jam 40 menit.
Kapasitas baterai masih bisa ditingkatkan hingga 60V atau 80V untuk durasi perjalanan yang lebih lama,” ungkapnya.
Sementara itu, Bagus Aditama Alam menuturkan tantangan terbesar ada pada perancangan awal.
“Kendala utama di perhitungan dan simulasi desain yang memakan waktu.
Namun, dukungan kampus sangat antusias. Waktu pembuatan sekitar satu tahun,” kata mahasiswa tingkat akhir tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Rektor UPGRIS, Dr. Sri Suciati, M.Hum., menegaskan bahwa inovasi ini sejalan dengan nilai ADAB (Adaptif, Antusias, Berintegritas) yang menjadi karakter mahasiswa UPGRIS.
“Adaptif itu penting agar mahasiswa mampu merespons perubahan dan tantangan, baik di lingkungan akademik maupun di masyarakat.
Antusias mencerminkan semangat berkarya, dan integritas menjaga agar karya tersebut membawa manfaat nyata,” ujar Rektor.