TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pagi sekira pukul 05.00 WIB sebelum berangkat ngasong pada 13 Agustus 2025 di Kabupaten Pati, Muhammad Fajri Fauzan Islami Latif (15) dan Sri Suwarti (43) berangkat bersama untuk berjualan di Pati.
Namun ada yang berbeda dengan Fauzan, dia tampil tak seperti biasanya.
Remaja yang akrab disapa Fauzan ini memilih mengenakan pakaian putih bersih dan sepatu putih kesayangannya.
Sebelum berangkat, ia sempat meminta sang ibu untuk menyuapi sarapan permintaan yang membuat keluarganya tertegun.
Disaat yang sama, sang Ibu sempat melarang Fauzan untuk berangkat dan menyuruh fokus untuk bersekolah saja.
Namun Fauzan tetap ingin berangkat menuju Alun-alun Kabupaten Pati, demi membantu perekonomian keluarga.
“Ibunya sempat ngelarang dan nyuruh sekolah.
Tapi Fauzan ngeyel minta berangkat jualan.
Biasanya dia makan sendiri, pakai baju biasa atau jaket hitam.
Tapi kemarin itu minta disuapin, pengin ganteng katanya,” tutur Vicky, saudara korban, kepada Tribunjateng.com, Rabu (14/8/2025).
Suasana duka masih menyelimuti rumah sederhana Fauzan di dalam gang sempit Gang Dempal Dalam, Pemukiman Kebonjarjo, Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara.
Di halaman, tenda biru dan kursi plastik hijau peninggalan prosesi pemakaman masih berdiri.
Fauzan di kenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua dan supel.
Sedangkan Sri Suwarti (43) yang masih keluarga dengan Fauzan dikenal sebagai pribadi yang pendiam.
Sebelum kepergian Sri Suwarti, dia sempat mendatangi keluarganya satu persatu untuk membantu melakukan pembersihan rumah.
“Kayak ada yang beda. Bu Warti kelihatan bingung, datang ke rumah saudara terus bantu bersih-bersih sampai kinclong," ujarnya.
Meski masih berstatus pelajar, Fauzan sering membantu ibunya berjualan asongan, murni karena kemauannya sendiri.
“Enggak disuruh, dia yang minta. Katanya mau bantu ibu, soalnya lihat ibunya capek, Fauzan emang sayang sama ibunya, kalau dapat nasi dari Jum'atan kalau ga dimakan sama ibunya dia marah,” lanjutnya.
Pada Selasa (13/8/2025) pagi, Fauzan berangkat bersama bibinya, Sri Suwarti (43), menuju Pati sejak pukul 05.00 WIB.
Mereka berdagang di tengah keramaian aksi demo.
Dari informasi yang di dapat Vicky beberapa pedagang sempat menyarankan keduanya untuk tidak buru-buru pulang.
Namun, saran itu tak dihiraukan.
Sekitar pukul 13.15 WIB, di Km 40.800 Jalan Raya Semarang–Kudus, Desa Cangkring Rembang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, motor Honda Beat H-5800-UF yang dikendarai Fauzan menabrak bagian belakang truk tronton dump Mitsubishi yang berhenti di pinggir jalan.
Benturan itu merenggut nyawa Fauzan di lokasi kejadian.
Jenazahnya kemudian dibawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Sementara Sri Suwarti mengalami luka robek di dagu dan meninggal di RS Mardirahayu Kudus.
Jenazah Sri Suwarti di makamkan Kabupaten Pati di daerah rumah mertuanya.
“Kami kaget sekali, apalagi mengingat sikapnya sebelum berangkat itu seperti pamit yang berbeda.
Rasanya sampai sekarang masih enggak percaya,” ucap Vicky. (Rad)