TRIBUNJATENG.COM – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto menggelar Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2025–2029 di Meeting Room K.H. Abdul Wahid Hasyim, Selasa (12/8/2025).
Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi FTIK untuk menyiapkan arah kebijakan, program, dan pengembangan fakultas dalam lima tahun ke depan. FGD menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Imam Tahyudin (Universitas AMIKOM Purwokerto) dan Luthfi Makhasin (Universitas Jenderal Soedirman), serta diikuti pimpinan fakultas, guru besar, pejabat struktural, tim penyusun Renstra, dan tamu undangan.
Dekan FTIK, Prof. Fauzi, menegaskan bahwa penyusunan Renstra merujuk pada regulasi Kementerian Agama, Renstra UIN Saizu, serta dokumen pendidikan nasional. Visi besar yang ditetapkan adalah menjadikan FTIK sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) unggul dan progresif pada tahun 2040 dengan pendidikan Islam integratif sebagai fondasi utama.
“Pendidikan Islam integratif bukan hanya menggabungkan disiplin ilmu, melainkan juga mendorong pendekatan interdisipliner dan transdisipliner. Seluruh kerja akademik harus bernapas integratif dan relevan dengan isu global, mulai dari ekonomi, sosial, politik, hingga lingkungan,” ungkapnya.
Dalam paparan visi ke depan, FTIK juga menargetkan lahirnya lulusan dengan karakter leadership–entrepreneurship. Sembilan karakter lulusan telah dirumuskan sebagai pengingat bahwa alumni FTIK bukan hanya siap berkiprah di bidang pendidikan, tetapi juga memiliki daya kreasi, kemampuan mengambil keputusan strategis, serta inovasi adaptif.
Sesi pertama FGD, Dr. Imam Tahyudin menekankan perlunya visi–misi yang mampu menginspirasi dan diwujudkan dalam aksi nyata. Sedangkan Luthfi Makhasin memaparkan perbedaan perencanaan strategis dan taktis, serta pentingnya instrumen analisis seperti SWOT, Root Cause Analysis, hingga analisis risiko untuk memastikan strategi fakultas tanggap terhadap perubahan lingkungan.
Diskusi berjalan dinamis. Beberapa masukan mengemuka, di antaranya perlunya integrasi tata kelola berbasis governance, risk management, and compliance (GRC), pemetaan beban kerja dosen yang merata, penguatan pengabdian masyarakat, hingga rencana pendirian laboratorium sekolah/madrasah sebagai pusat riset dan praktik pembelajaran.
Isu sustainability turut mendapat perhatian melalui gagasan “Gerakan 1000 Pohon” untuk sekolah dan madrasah, sebagai kontribusi nyata pada keberlanjutan lingkungan.
Menutup kegiatan, Prof. Fauzi menegaskan bahwa Renstra FTIK 2025–2029 merupakan living document yang bisa disesuaikan dengan dinamika zaman, namun tetap berfungsi sebagai pedoman bersama.
“Renstra ini adalah komitmen kita untuk membawa FTIK menjadi LPTK unggul, progresif, dan relevan. Kita ingin dokumen ini tidak hanya indah di atas kertas, tetapi benar-benar menggerakkan langkah nyata,” pungkasnya.