KKN Undip

Mahasiswa KKN-T UNDIP Tim 110 Bergerak di Banyumanik, Perangi Stunting dan Penyakit Menular

Editor: Editor Bisnis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahasiswa UNDIP Tim 110 bersama dosen pembimbing, perangkat kecamatan, dan puskesmas saat pembukaan kegiatan KKN di Banyumanik.

TRIBUNJATENG.COM - Upaya menekan angka stunting di Kota Semarang terus mendapat dukungan dari perguruan tinggi. Sebanyak 47 mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tergabung dalam KKN-Tematik Tim 110 resmi menuntaskan program pengabdian masyarakat di Kecamatan Banyumanik sejak 4 Juli hingga 15 Agustus 2025.

Dengan mengusung tema “Peningkatan Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat dalam Program Penurunan Stunting di Komunitas (SDGs ke-3)”, mahasiswa hadir langsung ke masyarakat untuk memberi solusi berbasis komunitas. SDGs (Sustainable Development Goals) ke-3 sendiri adalah Good Health and Well-being, yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

Kegiatan ini mendapatkan bimbingan dari tim dosen pembimbing yaitu Arwinda Nugraheni SKM, M.Epid, Prof. Hanifa Maher Denny, S.KM., MPH., Ph.D, dan dr. Dodik Pramono, M.Si. Med.

Program pengabdian ini diterapkan di empat kelurahan: Jabungan, Pudakpayung, Srondol Wetan, dan Tinjomoyo. Di Jabungan, mahasiswa menggelar sosialisasi budaya 5S untuk ibu PKK, edukasi pencegahan TBC saat senam warga, serta memperkenalkan eco-enzyme dari limbah dapur sebagai solusi ramah lingkungan. Sementara itu, di Srondol Wetan mahasiswa melakukan monitoring cahaya di rumah balita stunting dan mengganti lampu agar sesuai standar pencahayaan yang mendukung tumbuh kembang anak.

Budaya 5S itu sendiri merupakan budaya dalam Bahasa Jepang yang merupakan singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. yang dalam Bahasa Indonesia berarti Rinkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

Di Kelurahan Pudakpayung, mahasiswa meluncurkan Program GENTING (Generasi Anti-Stunting) yang menekankan edukasi gizi, pendampingan ibu balita, serta penguatan peran kader kesehatan. Sedangkan di Tinjomoyo, mahasiswa menyasar wanita usia subur dengan pemeriksaan kesehatan dasar, pemberian obat cacing, edukasi pentingnya zat besi dan asam folat, serta penyediaan makanan tambahan bergizi berbahan tahu dan tempe.

Langkah ini diharapkan mampu memperkuat pola hidup sehat, pencegahan stunting sejak dini, serta menurunkan risiko penyakit menular. Lebih jauh, program ini mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs ke-3: Good Health and Well-being.

“Melalui pendekatan langsung dan edukasi yang aplikatif, mahasiswa KKN ini bukan sekadar belajar, tetapi ikut andil nyata dalam mendorong perubahan sosial dan kesehatan masyarakat,” jelas Arwinda Nugraheni, SKM, M.Epid, dosen pembimbing.

Kegiatan KKN UNDIP tidak hanya meninggalkan manfaat jangka pendek, tetapi juga menyiapkan agen perubahan kesehatan masyarakat di tingkat lokal. Hal ini menegaskan bahwa program KKN bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan bagian dari kontribusi mahasiswa dalam menciptakan generasi sehat dan bebas stunting.

Berita Terkini