Berita Kudus

Saat Gubuk Reyot Devi dan Keluarga di Lereng Muria Disulap Jadi Rumah Kokoh

Penulis: Saiful Ma sum
Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIBANGUN ULANG - Devi Mardiana Sari (31) warga Dukuh Sekandang RT 5 RW 2 Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus menggendong anaknya di depan sisa bangunan rumah tinggalnya yang dibongkar. Gubuk yang sebelumnya jadi tempat bernaung keluarga Devi dibongkar dan dibangun ulang program TMMD Reguler ke-125 Kodim 0722/Kudus yang berlangsung sejak 23 Juli - 21 Agustus 2025 di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Gejolak perekonomian yang tidak stabil dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya dirasakan oleh rakyat dari kalangan menengah ke atas saja.

Masyarakat dari kalangan perekonomian menengah ke bawah justru bagian yang paling terdampak atas ekonomi yang tidak stabil. Baik perekonomian di tingkat nasional, maupun ekonomi masyarakat di tingkat daerah.

Seperti yang dialami Devi Mardiana Sari (31) dan suami Ahmad Husen (31), warga Dukuh Sekandang RT 5 RW 2 Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Penghasilan suami yang tidak seberapa sebagai kuli (buruh) angkut pupuk ayam hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan makanan keluarga kecil.

Rp 100.000 per hari yang dihasilkan dari bekerja sebagai buruh terkadang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian Devi dan Husen beserta dua anak yang masih sekolah.

Baca juga: Guru Swasta di Kudus Penerima Tunjangan Rp 1 Juta per Bulan Akan Diverifikasi Ulang

Jangankan memikirkan tempat tinggal, kebutuhan pokok lainnya seperti sandang yang setiap hari dipakai pun luput dari harapan.

Ikhlas dan sabar menjadi asupan makanan keluarga kecil Devi setiap hari kurang lebih 10 tahun terakhir.

Mereka bertahan di bawah atap gubuk reyot yang menjadi tempat berlindung ternyamannya di tengah gonjang-ganjing ekonomi nasional.

Kepada tribunjateng.com, ibu 31 tahun tersebut bercerita, sejak memilih hidup bersama Ahmad Husen sebagai sepasang suami istri, satu niat yang terbesit dalam benak Devi Mardiana Sari menemani sang suami dalam suka dan duka.

Perjalanan hidup keduanya dimulai setelah ikrar janji suci pasangan suami istri terucap di usia muda.

Pada mulanya, Devi dan Husen menjalani perjalanan hidup mengalir tanpa harus memikirkan beban kebutuhan yang berat.

Suatu ketika, sekiranya 10 tahun silam, keduanya dikaruniai putra pertama yang memaksa Devi dan Husen harus mencari tempat tinggal menetap bagi keluarga kecilnya.

Penghasilan pas-pasan dari sang suami mengurungkan cita-cita Devi untuk memiliki tempat tinggal baru layaknya di perumahan.

Mereka hanya bisa mengandalkan warisan orangtua Husen dalam bentuk gubuk sederhana sebagai tempat bernaung dari panas dan hujan.

"Awalnya kondisi rumah warisan orangtua ini belum separah sekarang. Meskipun atap sudah pada bocor, kami masih tinggal dengan aman. Ya walaupun bocor di mana-mana, tetap harus bersyukur," terangnya.

Penghasilan yang tidak banyak dari Husen membantahkan niat yang pada mulanya menempati gubuk warisan tersebut sementara waktu, kini menjadi tempat berlindung tak ternilai dan tak berjangka.

Usia bangunan kayu diperkirakan lebih dari 50 tahun tersebut akhirnya jebol satu per satu.

Seiring berjalannya waktu, atap yang bocor semakin meluas dan terjadi di banyak titik. Tambal sulam ala kadarnya yang dilakukan Husen tak mampu membendung air hujan masuk ke dalam rumah.

"Karena tidak mampu untuk memperbaiki banyak, akhirnya rumah ini mulai doyong (miring) ya kurang lebih 4 tahun terakhir. Faktornya kayu mulai keropos, jadi struktur bangunan tidak kokoh lagi. Belum bocor di mana-mana," ujar dia.

Dari mulanya khawatir, seiring berjalannya waktu Devi bersama suami dan dua anaknya mulai terbiasa tinggal bersahabat dengan air hujan.

Kamar menjadi satu-satunya ruangan yang dipertahankan agar bisa menjadi tempat bernaung dari terik matahari dan hujan. Sementara ruang tamu dan dapur minimalisnya selalu basah setiap hujan turun.

Mereka juga menyulap bangunan tua berukuran kecil di depan tempat tinggalnya sebagai kamar mandi bersama. Denga memanfaatkan sisa-sisa papan dan kelambu usang sebagai penutupnya.

"Sebenarnya bocor pasti terjadi setiap kali hujan, tapi mau gimana belum bisa benerin (perbaiki). Kalau ada hujan, kami ngumpul di kamar. Yang jadi persoalan, kalau hujannya deras, kami hanya bisa berdoa tempat tinggal kami tidak roboh. Ketika ada angin kencang, mau tidak mau harus lari keluar rumah, khawatir kalau tiba-tiba roboh," tuturnya.

Doa-doa Devi akhirnya terjawab pada 2025, setelah bertahan kurang lebih 10 tahun sejak pertama kali tinggal digubuk warisan orangtua.

Pada awal 2025, datang tim survei dari Desa Kandangmas. Gubuk tempat bernaung Devi dan keluarga diusulkan untuk diperbaiki.

Pada pertengahan Juli 2025, gubuk tersebut masuk dalam program bedah rumah TMMD Reguler ke - 125 Kodim 0722/Kudus.

Tim Satgas TMMD Reguler ke-125 Kodim 0722/Kudus membedah dan membangun ulang gubuk keluarga Devi, sejak 23 Juli - 21 Agustus.

Selama pembangunan ulang rumah berlangsung, Devi dan keluarganya memilih tinggal sementara di sisa bangunan lama, dan terkadang ikut nginap sementara di rumah saudara.

Rasa haru terpancar dari raut wajah Devi ketika gubugnya disulap menjadi bangunan kokoh.

Dengan harapan, tempat tinggalnya yang baru ini menjadi tempat bernaung bagi anak-anaknya dalam berproses dan tumbuh. Utamanya sebagai tempat yang nyaman untuk beristirahat, juga tempat kedua yang mendukung proses belajar anak setelah dunia sekolah.

"Saya hanya bisa bersyukur atas rizky yang kami terima. Karena sebenarnya tidak menyangka doa-doa saya akhirnya didengar, angan-angan saya setiap hari. Sempat mimpi dua kali punya anak laki-laki tapi gak hamil, ternyata dapat rizki bedah rumah," ucapnya.

Dandim 0722/Kudus, Letkol Inf. Hermawan Setya Budi menyampaikan, salah satu tujuan TMMD digelar adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan fisik dan non fisik.

Selain betonisasi jalan usaha tani 1,250 kilometer, juga dilakukan pembangunan fisik lainnya, seperti contoh bedah rumah.

Dia menyebut, pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH) menjadi rumah layak huni pada program TMMD kali ini menyasar 6 rumah dengan kondisi memprihatinkan di wilayah Desa Kandangmas.

Semua jenis rumah yang menjadi sasaran adalah rumah tua berusia puluhan tahun dengan kondisi memprihatinkan. Termasuk di antaranya rumah yang ditinggali keluarga Devi yang hampir roboh.

Dandim berharap, melalui program yang menyentuh langsung dengan kebutuhan masyarakat ini benar-bensr bisa membantu dan bermanfaat bagi rakyat.

Mempertegas bahwa negara hadir melalui TNI dalam memperhatikan kondisi masyarakat yang membutuhkan.

"Semua pembangunan fisik sudah rampung saat TMMD ditutup 21 Agustus. Rumah yang dibedah dan dibangun kembali sudah bisa ditempati sebagai tempat yang lebih layak," tuturnya. (Sam)

Berita Terkini