TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Kasani belum bisa melupakan kejadian yang menimpanya sekitar 5 hari lalu.
Tembakau yang dijemur di lapangan desa di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal, tiba-tiba diguyur hujan mendadak.
Padahal waktu itu terik matahari cukup menyengat sedari pagi.
Cuaca kemudian berubah, langit tiba-tiba gelap dan hujan mengguyur cukup deras.
Baca juga: Jeritan Petani Tembakau di Kendal Imbas Cuaca Buruk, Hasil Panen Menghitam Dijual Rp 10 Ribu
Perubahan cuaca mendadak itu membuat petani tembakau kewalahan mengamankan tembakaunya yang dijemur dari guyuran hujan.
Alhasil, beberapa karung tembakau miliknya berubah warna menjadi hitam kemerahan.
"Iya beberapa waktu lalu kan hujan deras. Hasil panen jadi rusak. Tembakau jadi hitam," katanya ditemui saat menjemur tembakau, Minggu (24/8/2025).
Kasani mengungkap, hasil panen tembakau tahun ini memang mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Di lahan seluas 2 hektar miliknya, hasil panen yang bisa Kasani lakukan hanya mencapai 2 keranjang besar.
"Itu sudah dirajang-rajang hasilnya kurang lebih 2 keranjang berukuran besar itu yang utuh. Kalau tahun lalu bisa lebih banyak dari itu," ungkapnya.
Jika dijual ke pasaran, tembakau yang berwarna hitam kemerahan milik Kasani hanya mampu menembus Rp 20-25 ribu per kilogram.
Kemungkinan terburuk, Kasani terpaksa menjual jauh di bawah harga yakni Rp 10 ribu per kilogram.
"Itu kalau sudah mentok tidak laku, paling saya jual Rp 10 ribu. Itu kualitas paling buruk," terangnya.
Petani di Desa Kebonagung Kendal, Kasidi juga ikut terkena imbasnya. Sejak setahun terakhir, harga tembakau di tingkat petani turun hampir mencapai separuh harga.
Di tengah cuaca ekstrem ini, harga jual tembakau hanya mencapai Rp 42 - 43 ribu per kilogram.
Jika beruntung, Kasidi bisa menjual di kisaran Rp 47 ribu per kilogram.
"Tahun ini tidak banyak yang bisa diharapkan mas. Kalau tahun lalu harganya bisa mencapai Rp 76 ribu per kilogram, tahun ini anjlok," keluhnya.
Kasidi berharap harga jual tembakau di kalangan petani bisa kembali normal. Sehingga petani tidak merasa dirugikan.
"Ya harapannya semoga bisa segera kembali normal. Untuk biaya sudah tak terhitung berapa banyak," ujarnya.
Cuaca Buruk Sampai September
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkap hujan disertai cuaca ekstrem, masih akan terus berlanjut hingga September di wilayah Samudera Hindia.
Fenomena itu terjadi akibat adanya aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), yang dapat mempengaruhi pola cuaca dan curah hujan di berbagai wilayah, terutama di daerah tropis.
Namun, potensi cuaca ekstrem di pesisir utara justru akan berakhir lebih cepat dibanding wilayah Samudera Hindia.
Hal ini bisa dimanfaatkan oleh nelayan untuk memaksimalkan hasil tangkapan saat melaut.
"Untuk wilayah pantai utara, cuaca ekstrem akan bertahan hingga akhir Agustus," sambungnya.
Guswanto menjelaskan, Agustus tahun ini seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
Namun adanya aktivitas MJO membuat cuaca mengalami perubahan.
"Sebenarnya saat ini sudah masuk musim kemarau, tapi disela musim kemarau masih ada MJO. Musim kemarau datangnya mulai Juni, Juli sampai Agustus, itu masuk kemarau," paparnya.
Setelah musim kemarau berakhir, masyarakat diimbau mewaspadai juga musim pancaroba yang akan terjadi pada September hingga November.
Di musim peralihan itu juga, biasanya terjadi perubahan suhu, kelembapan, serta kondisi lingkungan yang tidak stabil yang dapat memengaruhi daya tahan tubuh.
"Kami minta masyarakat tetap tenang terhadap potensi cuaca ekstrem di musik kemarau ini," ujarnya.
Menurut Guswanto, musim hujan tahun ini akan bergulir mulai Desember 2025 hingga Februari 2026.
Di musim itu, ia juga meminta masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana dengan tidak melakukan aktivitas di daerah rawan.
Baca juga: Wiwitan Petik Tembakau Diharapkan Bisa Tingkatkan Kesejahteraan Petani Kabupaten Tegal
Selain itu, masyarakat juga diminta waspada saat melintas di area jalan tol yang berpotensi menciptakan titik aquaplaning di musim penghujan.
"Hindari daerah rawan bencana, misalnya bantaran sungai dan juga tidak berkegiatan jauh dari rumah untuk keselamatan,"
"Tetap monitor setiap informasi perubahan cuaca dari BMKG." tandasnya. (ags)