Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Hampir Seabad Berdiri, Cerita Hotel Besar Purwokerto dari Massa ke Massa, Menolak Tergilas Zaman

Bangungan tersebut merupakan sebuah hotel.  Dan nama hotel ini sederhana: Hotel Besar

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Permata Putra Sejati
HOTEL BESAR - Tampak depan Hotel Besar Purwokerto yang berada di Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto, Kamis (4/9/2025). Didirikan pada 1930 oleh seorang pengusaha jamu bernama The Shia, Hotel Besar menjadi satu-satunya penginapan yang berdiri di kawasan kota lama Purwokerto saat itu.  

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Di tengah derasnya modernisasi dan munculnya hotel-hotel baru bertingkat tinggi, sebuah bangunan tua di kawasan Pasar Wage, Purwokerto tetap berdiri tegak. 

Bangungan tersebut merupakan sebuah hotel. 

Dan nama hotel ini sederhana: Hotel Besar

Namun, dibalik kesederhanaan nama itu, tersimpan cerita panjang tentang daya tahan, ketekunan, dan cinta terhadap warisan keluarga yang sudah hampir menembus usia satu abad.

Baca juga: Begini Cara Yulia Arsa Mantan TKW Hongkong Cegah Warga Cihonde Banyumas Jadi Pekerja Migran Ilegal

Didirikan pada 1930 oleh seorang pengusaha jamu bernama The Shia, Hotel Besar menjadi satu-satunya penginapan yang berdiri di kawasan kota lama Purwokerto saat itu. 

Berbeda dengan hotel-hotel pendahulunya seperti Hotel Tram, Hotel Trio, atau Grand Hotel yang berdiri di kota baru, Hotel Besar justru lahir dari semangat seorang warga Tionghoa yang melihat peluang di tengah geliat ekonomi Hindia Belanda.

"Awalnya kakek cuma dagang jamu. Tapi beliau ingin bisa bersantai di usia tua, jadi mendirikan hotel kecil-kecilan di kawasan yang dulu dikenal sebagai China Kamp," ujar Isabella Riyanti sang cucu yang kini menjabat sebagai Operational Manager Hotel Besar kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (4/9/2025). 

Ia menceritakan awalnya hanya ada sekitar 15 sampai 17 kamar. 

The Shia kala itu menamai hotel itu dengan Tjiang Tjoan Lie Kwan. 

Siapa sangka, usahanya bertahan bahkan melewati masa sulit krisis ekonomi global (malaise) yang melanda dunia pada dekade 1930-an.

Setelah The Shia, tongkat estafet manajemen hotel tidak langsung jatuh ke tangan putranya. 

Justru cucunya, The Han Key, yang saat itu baru berusia 21 tahun, menunjukkan ketertarikan besar. 

Selama enam tahun, ia belajar langsung dari sang kakek, hingga akhirnya dipercaya penuh memimpin hotel pada tahun 1939 tahun yang sama saat ia menikahi Cen Cu Cin.

Setelah Indonesia merdeka, keluarga The tetap menjaga eksistensi hotel. 

Bahkan istri The Han Key sempat membuka toko kasur di belakang hotel, menunjukkan semangat wirausaha yang tetap menyala. 

Pada tahun 1971, setelah The Han Key wafat, hotel diwariskan kepada putra ketiganya, The Sin Tjen, yang sudah terbiasa membantu ibunya mengurus operasional sejak kecil.

Langkah besar dilakukan The Sin Tjen pada tahun 2006.

Ia membongkar sebagian bangunan di sisi timur, termasuk bekas toko kasur, dan menambah jumlah kamar dari 19 menjadi 33. 

Hotel sempat berganti nama menjadi Hotel Mulia, namun pada 1 Februari 2015, nama "Hotel Besar" kembali digunakan sebuah penanda warisan tetap menjadi nilai utama.

Kini, Hotel Besar memiliki 35 kamar, sebagian sudah dilengkapi fasilitas modern seperti AC dan kamar mandi dalam. 

Namun, arsitektur dan fasad bangunan utama tetap dipertahankan.

"Bangunan tua tetap kami jaga, tapi di dalamnya tetap direnovasi agar nyaman. 

Kita tidak punya cita-cita membangun gedung besar. Kami ingin tetap spesifik dan otentik," ujar Isabella.

Isabella mengakui mempertahankan hotel tua bukan hal mudah. 

Di tengah dominasi hotel-hotel baru yang menawarkan fasilitas lebih modern dan megah, Hotel Besar tetap konsisten dengan esensinya: hospitality.

"Mau hotel bintang lima atau losmen, yang utama itu pelayanan, kebersihan, dan kenyamanan. Itu core bisnis perhotelan yang sesungguhnya," tegasnya.

Kini, dengan usianya yang hampir mencapai 100 tahun, Hotel Besar tidak hanya menjadi tempat bermalam. 

Ia menjadi penanda sejarah, penjaga kenangan, dan saksi bisu transformasi kota Purwokerto dari masa ke masa. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved