Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Tanggap Darurat Bencana Ditetapkan di Banyumas, Longsor Jadi Ancaman Paling Serius

Pemkab Banyumas menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama satu bulan ke depan, menyusul terjadinya lebih dari 113 kejadian bencana

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Permata Putra Sejati
TANGGAP DARURAT - Suasana rapat kesepakatan penetapan status Tanggap Darurat Bencana di Banyumas selama satu bulan ke depan, di Graha Satria, Komplek Pendopo Si Panji, Purwokerto, Jumat (12/9/2025). Hal itu berlandaskan terjadinya lebih dari 113 kejadian bencana.  

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Pemerintah Kabupaten Banyumas menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama satu bulan ke depan, menyusul terjadinya lebih dari 113 kejadian bencana. 

Bencana terjadi di berbagai wilayah, terutama longsor yang melanda kawasan perbukitan. 

Status ini berlaku penuh, termasuk di hari Minggu dan hari libur, sebagai bentuk kesigapan menghadapi ancaman bencana yang terus meningkat.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho, mengatakan keputusan penetapan tanggap darurat akan segera diambil, dan saat ini prosesnya sedang difinalisasi berdasarkan kondisi lapangan serta analisis dari BMKG, ESDM, dan instansi terkait.

"Status Tanggap Darurat Bencana kemungkinan besar akan ditetapkan besok, berlaku selama satu bulan penuh termasuk hari libur. 

Baca juga: Sachudin dan Penumpang Lompat saat Longsor Seret Mobil di Banyumas

Dasarnya adalah Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016, ditambah kondisi eskalasi bencana yang makin tinggi, termasuk hasil pemantauan dari BMKG dan ESDM," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (12/9/2025).

Menurut data BPBD Banyumas, terjadi 113 titik bencana dalam dua hari terakhir, yakni 10 sampai 11 September 2025. 

Dari jumlah itu, sekitar 95 titik merupakan kejadian tanah longsor, dengan konsentrasi tertinggi berada di Kecamatan Gumelar.

"Sebagian besar bencana terjadi di wilayah dengan peta kerentanan menengah.

Tapi karena hujan dengan intensitas tinggi kemarin, risikonya berubah jadi tinggi. 

Jadi kalau daerah yang sebelumnya sudah masuk kategori tinggi kena hujan seperti itu, bisa sangat berbahaya," jelas Budi.

Ia menambahkan, longsor juga didorong oleh kondisi tanah yang jenuh air. 

BPBD saat ini tengah bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk memasang sistem peringatan dini (EWS) gerakan tanah, salah satunya di wilayah Cihonje.

"Kita pasang EWS untuk memantau seberapa jenuh tanah terhadap air dan potensi bidang gelincir. 

Ini penting untuk antisipasi bencana susulan," katanya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved