Siswi SMA Negeri 2 Cilacap Ciptakan Alat Pendeteksi Agar Tak Keracunan MBG
Menurut Alya, alat ini berbentuk kotak makanan berukuran besar dengan sensor yang dipasang di bagian tutup
Penulis: Rayka Diah Setianingrum | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Di ruang laboratorium sederhana, Alya Meisya N dan Felda Triana W tampak sumringah ketika menunjukkan karya inovatif mereka yang diberi nama Ompreng Pendeteksi Keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kedua siswi kelas XI SMA Negeri 2 Cilacap ini berhasil meraih Juara 2 dalam ajang AHM Best Student (AHMBS) Regional Jateng-DIY 2025 yang digelar Astra Honda Motor pada 11-23 September 2025 secara daring.
Prestasi ini menjadi bukti bahwa ide sederhana yang berangkat dari kepedulian bisa menjelma menjadi solusi nyata bagi masalah masyarakat.
"Jadi, kami itu menciptakan alat yang berguna untuk mendeteksi kebasian pada makanan, karena banyak kasus keracunan di Indonesia yang membuat anak-anak sampai masuk rumah sakit," tutur Alya Meisya N, Selasa (30/9/2025).
Baca juga: MBG di Boyolali Diduga Disabotase, Ada Sosok Misterius Masuk Ruang Penyimpanan Lalu Kabur
Menurut Alya, alat ini berbentuk kotak makanan berukuran besar dengan sensor yang dipasang di bagian tutup.
"Nanti ada sampel makanan dari program MBG yang dimasukkan ke dalam kotak, lalu ditutup, dan sensor akan membaca dalam waktu 3 sampai 5 menit," jelasnya.
Hasil deteksi akan muncul secara otomatis, dan tulisan “terdeteksi” akan terlihat di layar sensor jika makanan tidak layak konsumsi.
"Kalau terdeteksi itu, IPM menunjukkan angka sekitar 170 hingga 600 untuk sensor pertama, dan 700 sampai 1.000 untuk sensor kedua, jadi bisa langsung diketahui kondisinya," kata Alya menjelaskan detail teknis alat tersebut.
Tak hanya itu, hasil pengukuran juga dapat dihubungkan dengan aplikasi Blink di ponsel sehingga pengguna bisa langsung memantau kondisi makanan.
"Kami berharap dengan adanya alat ini, kasus keracunan makanan di Indonesia bisa semakin berkurang," ucap Alya.
Kepala SMA Negeri 2 Cilacap, Masripah, menyambut baik pencapaian anak didiknya yang dianggap mampu menghadirkan karya berbasis riset untuk kebutuhan masyarakat.
"Itu karya anak-anak yang berbasis riset, dan selalu kami dorong agar siswa menghasilkan sesuatu yang memang dibutuhkan masyarakat," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sekolahnya memiliki komitmen untuk memfasilitasi riset siswa agar bisa berkembang, termasuk dengan melibatkan pembimbing khusus.
"Untuk saat ini, yang dibutuhkan masyarakat adalah keyakinan bahwa makanan MBG itu layak dikonsumsi, dan alat ini bisa membantu memastikan hal tersebut," jelas Masripah.
Ia menambahkan, sekolah bahkan sudah mencoba menerapkan alat ini dalam kegiatan sehari-hari sebelum makanan dibagikan kepada siswa.
"Betul, sebelum makanan didistribusikan, kami ambil sampel, lalu dicek dulu apakah bisa dikonsumsi teman-teman, kalau tidak layak langsung dihentikan," tegasnya. (ray)
Pemprov Jateng Selidiki Kasus Keracunan MBG di Rembang, Banyumas dan Kebumen |
![]() |
---|
MBG di Boyolali Diduga Disabotase, Ada Sosok Misterius Masuk Ruang Penyimpanan Lalu Kabur |
![]() |
---|
Jaga Kualitas Produk, Laboratorium Kilang Cilacap Ikuti Akreditasi Jaminan Mutu Pengujian |
![]() |
---|
Hasil Lab Membuktikan Tidak Ditemukan Bakteri dalam Menu MBG di Banjaran Bangsri Jepara |
![]() |
---|
Devi Pilih Bayar Rp 10 Ribu ke Sekolah untuk Makan Siang Anak daripada MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.