Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Derita Lansia di Banyumas Tinggal di Gubug Bocor Berlantai Tanah: Wakil Rakyat Bergelimang Tunjangan

Di sudut sunyi Desa Bangsa, Kecamatan Kebasen, Banyumas, berdiri sebuah bangunan reot yang lebih layak disebut gubug ketimbang rumah

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Istimewa
DERITA RAKYAT - Sepasang kakak-beradik lansia, Ngadiyem dan Tukimin saat berada di rumah gubugnya, Rabu (1/10/2025). Mereka hidup di gubug anyaman bambu yang sudah keropos, lantainya tanah yang dingin dan lembap, dan atap seng tua yang berlubang di banyak sisi.   

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Di sudut sunyi Desa Bangsa, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, berdiri sebuah bangunan reot yang lebih layak disebut gubug ketimbang rumah. 

Dindingnya dari anyaman bambu yang sudah keropos, lantainya tanah yang dingin dan lembap, dan atap seng tua yang berlubang di banyak sisi. 

Setiap kali hujan turun, air bocor dari segala arah, membuat lantai tanah itu becek seperti lumpur ladang.

Dari sudut dapur, tak ada aroma masakan yang mengepul. 

Hanya bau kayu bakar basah yang tak kunjung menyala, menyebar pelan ke seluruh ruangan. 

Baca juga: Curhat Pedagang Pakaian Pasar Segamas Purbalingga yang Kini Sepi Pembeli

Di sinilah, sepasang kakak-beradik lansia, Ngadiyem dan Tukimin, menjalani sisa usia mereka dalam diam.

Sudah tujuh tahun gubug ini menjadi satu-satunya tempat berteduh mereka. 

Bertahun-tahun pula tak ada yang berubah. 

Ngadiyem, yang tubuhnya makin membungkuk oleh waktu, masih setia merawat sang adik, Tukimin, yang kini hanya bisa terbaring lemah di atas dipan kayu sederhana, menatap langit-langit seng yang berlubang.

"Kadang hujan deras, kami hanya bisa diam, air masuk ke mana-mana," bisik Ngadiyem pelan saat dijumpai tetangga yang datang menengok.

Mereka hidup tanpa pekerjaan, tanpa penghasilan, dan tanpa jaminan apalagi tunjangan seperti yang didapat anggota dewan.

20251002_banyumas2
Di sinilah, sepasang kakak-beradik lansia, Ngadiyem dan Tukimin, menjalani sisa usia mereka dalam diam.

Bahkan tanah tempat gubug itu berdiri pun bukan milik mereka. 

Ngadiyem dan Tukimin adalah dua dari banyak warga Banyumas yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. 

Hidup keduanya terasing, terlupakan, dan terperangkap dalam siklus hidup yang tidak adil.

Di saat yang sama, di pusat kota, angka-angka fantastis mengalir setiap bulannya ke rekening para wakil rakyat Banyumas

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved