Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Derita Lansia di Banyumas Tinggal di Gubug Bocor Berlantai Tanah: Wakil Rakyat Bergelimang Tunjangan

Di sudut sunyi Desa Bangsa, Kecamatan Kebasen, Banyumas, berdiri sebuah bangunan reot yang lebih layak disebut gubug ketimbang rumah

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Istimewa
DERITA RAKYAT - Sepasang kakak-beradik lansia, Ngadiyem dan Tukimin saat berada di rumah gubugnya, Rabu (1/10/2025). Mereka hidup di gubug anyaman bambu yang sudah keropos, lantainya tanah yang dingin dan lembap, dan atap seng tua yang berlubang di banyak sisi.   

Ketua DPRD mendapatkan tunjangan perumahan sebesar Rp 42,6 juta, Wakil Ketua Rp 34,6 juta, dan setiap anggota dewan Rp 23,6 juta. 

Nilai-nilai yang bila dibandingkan dengan gubug Ngadiyem, nyaris tak masuk akal.

Rumah mereka tak bisa dinilai dengan uang karena nyaris tak layak disebut rumah. 

Sementara wakil rakyat menikmati tunjangan rumah yang sudah nyaman.  

Ngadiyem bahkan tak tahu kapan terakhir kali tidur layak.

Kondisi memilukan ini menjadi perbincangan publik ketika Teguh Sutino, seorang warga setempat, memotret gubug tersebut dan membagikannya di grup WhatsApp warga, Rabu (1/10/2025) siang.

"Di gubug ini ada dua orang penghuni. Tanpa pekerjaan karena mereka orang berkebutuhan khusus. 

Seolah tidak ada yang peduli, bertahun-tahun tidak ada perubahan," ujar Teguh kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (2/10/2025).

Menurut Teguh, Ngadiyem dan Tukimin hanyalah satu contoh dari banyak lansia lain di wilayahnya. 

Di desa tetangga, Kaliwedi, seorang nenek tua juga tinggal sendirian di rumah reyot yang nyaris roboh.

"Kalau kita mau blusukan, Banyumas ini masih banyak Ngadiyem lainnya," jelasnya. 

Aktivis dari Forum Banyumas Bersuara, Bangkit Ari Sasongko, menilai kasus ini sebagai tamparan keras terhadap nurani sosial.

"Yang justru perlu mendapatkan ‘tunjangan perumahan’ adalah mereka yang tinggal di rumah tak layak huni seperti Bu Ngadiyem dan Pak Tukimin," tegas Bangkit.

Ia mengajak publik membuka mata terhadap ketimpangan sosial yang selama ini tertutup rapat oleh laporan formal dan foto-foto pencitraan.

Kisah Ngadiyem dan Tukimin seharusnya menjadi alarm bagi para pemangku kebijakan. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved