Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Jateng Hari Ini

Rilis Kinerja Emiten dan Potensi Window Dressing bakal Topang IHSG Kuartal IV

IHSG masih berpeluang kembali menguat didukung sentimen aksi window dressing dan rilis kinerja kuartalan.

Editor: Vito
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kurang berotot meski berkali-kali memecahkan rekor tertinggi baru. Fundamentalnya dinilai rapuh lantaran asing masih doyan mengobral. 

Meski demikian, IHSG masih berpeluang kembali menguat didukung sentimen aksi window dressing dan rilis kinerja kuartalan. Bila hal itu benar terjadi, saham-saham blue chips berpotensi menorehkan kinerja cemerlang di sisa tahun ini.

Secara historis, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata melihat, IHSG di kuartal IV kerap unjuk kinerja positif. Pada Oktober, indeks rerata naik 1 persen, November mendatar, dan Desember menguat sekitar 2,3-3,1 persen. 

“Kombinasi ini menghasilkan return kuartalan sekitar 2-4 persen dengan rata-rata dari kisaran tersebut adalah sekitar 3 persen,” katanya, dalam risetnya, akhir pekan lalu.

Apalagi, dia menambahkan, sebelumnya IHSG sudah kecipratan katalis positif berupa stimulus ekonomi, injeksi likuiditas perbankan, tren penurunan suku bunga global-domestik, dan rebalancing MSCI. 

Sayangnya, katalis itu belum cukup membuat asing betah di pasar saham Tanah Air. Tercatat hingga Jumat kemarin, asing net sell Rp 56,93 triliun di seluruh pasar sejak awal tahun.

Meski demikian, Liza menuturkan, investor masih bisa berharap pada dua sentimen lain, yakni perbaikan kinerja kuartalan emiten, khususnya bank besar, dan aksi window dressing.

“Tradisi Desember (window dressing) tetap jadi faktor pendorong utama IHSG menjelang akhir tahun,” ujarnya.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengamini, kedua sisa katalis itu masih berpeluang menjadi bahan bakar bagi laju IHSG di sisa tahun ini.

Hal itu akan diperkuat bila The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS), betul-betul memangkas tingkat suku bunganya pada Oktober dan Desember.

“Apalagi, didukung dengan sentimen global, maka tidak menutup kemungkinan potensi window dressing semakin besar,” jelas Nico, sapaannya.

Memukul perekonomian

Liza menyebut, sentimen global itu datang dari penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang memukul kondisi perekonomian dan pasar saham negeri Paman Sam.

Selain itu, ada pertemuan OPEC+ yang berpotensi meningkatkan produksi minyak mentah. Tak ketinggalan, akan ada forum Conference of the Parties (COP) 30 di Brazil yang akan mengangkat narasi komoditas hijau seperti nikel dan tembaga.

Sehingga, kinerja emiten yang tergambar dalam laporan keuangan kuartal selanjutnya akan menjadi satu faktor penentu otot IHSG. Bila perbaikan benar tampak, emiten-emiten blue chips dinilai akan berpeluang kembali unjuk gigi setelah terus terpuruk sejak awal tahun. 

Liza menyebut, sektor teknologi akan diuntungkan jika ada katalis kontrak atau orderbook yang terdorong oleh peristiwa tertentu (event-driven).

Kinerja emiten transportasi dan logistik pun kerap terangkat saat terjadinya periode puncak permintaan atau peak season jelang akhir tahun. 

Nico menambahkan, sektor energi, teknologi, emas, non siklikal, bahan dasar, dan industri juga bisa menjaring peluang perbaikan kinerja di sisa tahun ini.

Tapi semuanya, menurut Nico, akan kembali pada sektor, fundamental, serta potensi valuasi masing-masing mengingat sentimen mudah berubah.

“Apabila kenaikan blue chips sudah tinggi, hal ini perlu diwaspadai agar jangan sampai mengalami penurunan,” ucapnya.

Di sektor konsumer non siklikal, Liza menyebut, investor bisa mengincar saham JPFA, ICBP, dan SSMS. Di sektor energi ada AKRA.

Dari sektor infrastruktur yakni HGII, IPCC, dan PGEO, sedangkan sektor keuangan ada BBRI dan BMRI.

Sementara dari sektor barang baku dasar, dia menambahkan, ANTM bisa diincar, sedangkan konsumer siklikal ada HRTA dan CYBR. (Kontan.co.id/Rilanda Virasma)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved