Berita Jateng
Inflasi Jawa Tengah Oktober 2025 Tembus 0,40 Persen, Dipicu Kenaikan Harga Emas dan Telur Ayam
BPS Jateng mencatat inflasi Oktober 2025 sebesar 0,40 persen secara bulanan (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,22.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (BPS Jateng) mencatat inflasi Oktober 2025 sebesar 0,40 persen secara bulanan (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,22.
Secara tahunan, inflasi Oktober 2025 terhadap Oktober 2024 tercatat 2,86 persen (yoy), sementara inflasi tahun kalender mencapai 2,01 persen.
Plt Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih menyampaikan, lonjakan permintaan terhadap sejumlah bahan pangan turut mendorong laju inflasi, khususnya akibat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Permintaan telur ayam ras dan daging ayam ras meningkat sejalan dengan pelaksanaan program MBG. Komoditas ini menjadi bagian dari menu program," terang Endang, saat konferensi pers, Senin (3/10/2025).
Dari sisi kelompok pengeluaran, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan inflasi sebesar 2,96 persen dan andil 0,21 persen.
Peningkatan harga emas perhiasan menjadi faktor utama, seiring tren kenaikan harga emas di pasar internasional.
"Harga emas internasional terus mengalami kenaikan. Kalaupun turun, posisinya masih tetap tinggi. Ini mendorong inflasi di Jateng," jelasnya.
Baca juga: Tekan Inflasi, Mohammad Saleh Minta Pemprov Jateng Jaga Stabilitas dan Harga Pangan
Bahkan, komoditas emas menjadi penyumbang utama pada Oktober 2025 sebesar 0,19 persen.
Kenaikan harga emas terjadi di sembilan kabupaten/kota dengan persentase kenaikan antara 13-16 persen. Kenaikan tertinggi di Kota Semarang dan Surakarta.
"Emas perhiasan memberikan andil 0,19 psrsen. Artinya, separo inflasi secara month to month adalah andil dari perhiasan," ujarnya.
Sementara, lanjut dia, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua dengan inflasi 0,57 persen dan andil 0,17 persen.
Kenaikan harga terutama terjadi pada telur ayam ras, cabai merah, dan daging ayam ras.
Setelah emaa, tiga komoditi penyumbang inflasi lainnya meliputi telur ayam ras sebesar 0,07 persen, cabai merah sebesar 0,05 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,01 persen.
Kenaikan harga telur ayam ras tercatat antara 6–9 persen, terutama di Kabupaten Wonogiri dan Rembang.
Sementara itu, cabai merah naik antara 12-26 persen, dengan andil inflasi tertinggi di Rembang. Adapun daging ayam ras mengalami kenaikan harga di tujuh kabupaten/kota, dengan kenaikan tertinggi di Kabupaten Wonosobo.
Baca juga: Tekan Inflasi, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Perkuat Kolaborasi
Selain itu, kelompok transportasi turut memberikan andil inflasi akibat berakhirnya masa diskon tarif kereta api yang menyebabkan tarif kembali normal.
Komoditi tarif kereta api menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen.
Kenaikan tarif kereta api terjadi di lima kabupaten/kota dengan kisaran 3-9 persen dimana tertinggi di Purwokerto.
"Kelompok transportasi memberikan sumbangan inflasi, utamanya diskon tarif kereta api yang sudah berakhir sehingga sekarang kembali normal," ucapnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251103_Harga-Telur-ayam-ras.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.