Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Mariana Berharap Pasar Johar Semarang Bisa Ramai Kembali

Pedagang Pasar Johar berharap pasar tradisional tersebut bisa ramai lagi.

|
TRIBUN JATENG/TRI SUSANTO
Tribunjateng Hari Ini 22 September 2025 (TRIBUN JATENG/TRI SUSANTO) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Di salah satu sudut Pasar Johar Tengah Semarang, seorang perempuan paruh baya tampak duduk di balik kios kelontongnya. 

Sesekali tangannya merapikan jajaran barang dagangan yang nyaris tak tersentuh pembeli.

Tatapannya gelisah, seakan menunggu siapa saja yang sudi singgah.

Baca juga: Kreativitas Tanpa Batas, Semarang Jadi Panggung Pembuka Customaxi 2025

Dialah Mariana (60), akrab dipanggil Ana, pedagang kelontong yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup di pasar legendaris ini.

KIOS TUTUP - Seorang pria melintasi lorong kios yang tutup di Pasar Johar Tengah.
KIOS TUTUP - Seorang pria melintasi lorong kios yang tutup di Pasar Johar Tengah. (Tribun Jateng/ Rezanda Akbar)

“Awit (sejak) remaja aku sudah jualan di sini. Umurku saiki 60, jadi wis 20 tahun lebih aku hidup dari Johar,” ucap Ana dengan suara pelan, beberapa waktu lalu.

Johar dulu merupakan denyut perdagangan Jawa Tengah.

Semua jenis pedagang pasti bermuara ke pasar ini. 

Bahkan, Pasar Johar pernah mendapat predikat pasar terbesar dan termodern di Asia Tenggara pada masanya, yang ditandai dengan rancangan arsitek Belanda Ir Thomas Karsten pada tahun 1939.

Predikat ini diberikan karena luasnya bangunan, kapasitas pedagang yang besar, serta kualitas rancangannya yang efisien dan peka terhadap iklim tropis.

Tinggal cerita

Akan tetapi masa kejayaan itu kini hanya tinggal cerita. 

Sejak kebakaran besar di Pasar Johar, pada 2015, ditambah pandemi Covid-19, jumlah pengunjung ke pasar tersebut kian merosot. 

“Waktu direlokasi ke Masjid Agung (kawasan Masjid Agung Jawa Tengah/MAJT—Red), pedagang sempat ada peningkatan, tapi setelah balik lagi ke sini ya seperti ini. Sepi,” tutur Ana, sambil sesekali melirik jalan setapak depan kios yang lengang.

“Kadang ramai kalau ada kunjungan wisata atau kegiatan. Tapi habis itu ya sepi lagi,” sambungnya. 

Baginya, pesaing utama kini bukan lagi mall, melainkan toko online.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved