Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Gandeng UMKM dan Kampus, Aniceto Gagas Upaya Ramaikan Pasar Johar 

Dinas Perdagangan Kota Semarang mulai mengambil langkah untuk menghidupkan kembali denyut ekonomi di Pasar Johar.

|
TRIBUN JATENG/TRI SUSANTO
Tribunjateng Hari Ini Selasa 23 September 2025. (TRIBUN JATENG/TRI SUSANTO) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Tiga tahun pascadirevitalisasi, Pasar Johar Semarang masih menyisakan pekerjaan rumah yang cukup besar.

Alih-alih kembali menjadi pusat aktivitas perdagangan yang ramai seperti masa kejayaannya, kondisi pasar justru terpantau sepi, baik dari sisi pengunjung maupun aktivitas pedagang.

Banyak lapak yang tidak aktif, bahkan sebagian besar ruang di lantai atas nyaris kosong tanpa kegiatan jual beli.

Baca juga: Pasar Johar Sepi, Komisi B DPRD Kota Semarang Dorong Digitalisasi dan Integrasi Wisata Kota Lama

Ketua Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Rayon Pasar Johar, Surachman, membenarkan kondisi itu.

KIOS TUTUP - Seorang pria melintasi lorong kios yang tutup di Pasar Johar Tengah.
KIOS TUTUP - Seorang pria melintasi lorong kios yang tutup di Pasar Johar Tengah. (Tribun Jateng/ Rezanda Akbar)

Menurut Surachman, omzet pedagang Johar terjun bebas hingga 60–70 persen sejak kebakaran dan pandemi Covid-19.

 “Banyak yang akhirnya gulung tikar karena modal habis. Kalau Lebaran pun sekarang hanya ramai sebentar, paling H-7, tidak sampai sebulan penuh seperti dulu,” kata Surachman, beberapa waktu lalu.

Melihat kondisi tersebut, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang menyebut kini mulai mengambil langkah untuk menghidupkan kembali denyut ekonomi di pasar bersejarah tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdag Kota Semarang, Aniceto Magno Da Silva mengungkapkan, pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah program untuk mendorong peningkatan aktivitas perdagangan di Pasar Johar.

Satu di antara fokus utama adalah pelatihan digital marketing bagi para pedagang, termasuk teknik berjualan secara daring (online). 

"Memang Pasar (Johar) ini pengunjungnya agak sepi, pembelinya juga sepi. Ini saya dengan teman-teman sedang berupaya bagaimana caranya pasar ini bisa ramai,” kata Amoy, sapaan akrab Aniceto, kepada Tribun Jateng, beberapa waktu lalu.

“Kami juga mulai melakukan kegiatan pelatihan kepada teman-teman bagaimana mereka bisa jualan online," sambungnya.

Gandeng UMKM

Amoy melanjutkan, pelatihan ini rencananya akan mulai dilaksanakan secara masif pada tahun 2026, dengan pendekatan bertahap berdasarkan blok-blok di Pasar Johar seperti blok timur, utara, dan tengah.

Dia berharap, pedagang yang sudah mendapat pelatihan bisa menularkan pengetahuannya ke sesama pelaku usaha lainnya di pasar. 

"Saya sudah perintahkan kepada Bagian Bina Usaha (Dinas Perdagangan—Red) untuk segera dibagi kloter ya, misalnya itu blok timur, blok pasar yang ada di timur, ada di utara, di tengah. Nah, itu bagaimana kita memberikan pelatihan ke mereka. Harapannya dengan pelatihan kepada beberapa orang ini, nanti yang lain bisa tularkan ke teman-temannya," ujar Amoy.

"Sehingga mereka yang jualan secara manual juga kita ajari untuk mulai jual secara live, supaya tidak ketinggalan dengan yang lainnya," lanjutnya.

Dia menambahkan, sambil menunggu implementasi program pelatihan tahun depan, Disdag juga tengah menjajaki kerja sama dengan komunitas-komunitas UMKM dan kampus.

Kolaborasi ini diharapkan bisa membawa gagasan segar dan inovatif sehingga menjadi daya tarik baru di Pasar Johar.

"Memang ini terus-menerus kita mulai gandeng komunitas-komunitas, misalnya dari universitas atau dari Komunitas UMKM yang lain, kita beri kesempatan untuk bisa masuk. Kira-kira seperti apa pasar ini bisa hidup? " paparnya.

Lapak kosong

Mengenai banyaknya lapak kosong terutama di lantai atas Pasar Johar, Amoy menjelaskan, sebagian besar lapak tersebut sebenarnya sudah dimiliki, namun tidak ditempati.

Alasannya antara lain karena ukuran lapak yang dianggap sempit, serta minimnya jumlah pengunjung.

"Sebenarnya saya masuk (menjadi Plt Kepala Dinas Pasar--Red) dalam posisi kosong seperti itu, tapi barang ini kosong bukan berarti tidak ada yang punya: ada yang punya,” kata Amoy. 

Dia memaparkan, Disdag telah menginstruksikan untuk melakukan pendataan ulang seluruh lapak, termasuk di lantai 1 dan 2, guna mengetahui status kepemilikan secara pasti.

Setelah pendataan rampung, kemungkinan akan dibuka opsi untuk menawarkan lapak kosong secara online kepada pedagang lain yang berminat masuk ke Johar.

Lapak aktif

Di sisi lain, Amoy menyebutkan total kios di Pasar Johar mencapai sekitar 500 kios yang tersebar di Pasar Johar hingga Kanjengan.

Namun saat ini, sebutnya, hanya sekitar 50 persen yang aktif digunakan untuk berdagang. Sementara sisanya tidak aktif.

Pihaknya tidak menampik bahwa hal tersebut juga berdampak pada tidak optimalnya pemasukan retribusi pasar.

"Retribusi, (ber-) jalan, mereka bayar retribusi. Sesuai dengan target, retribusi tetap masuk. Tapi yang jadi masalah yang tidak buka, ini kan mereka juga enggak bayar retribusi," ujarnya.

Sementara itu, ia menyebut Disdag Kota Semarang akan melakukan evaluasi terkait sepinya Pasar Johar saat ini.

Tak hanya dari penjualan, evaluasi juga akan dilakukan terhadap jenis barang dagangan.

Amoy mengungkapkan, evaluasi tersebut termasuk penyesuaian model dagangan dengan tren dan kebutuhan konsumen saat ini.

Disdag berencana melakukan koordinasi dengan PPJP untuk mengidentifikasi barang-barang yang masih relevan dan yang perlu diganti.

"Pasar Johar ini kan besar sekali ya. Maka kalau model jualannya seperti itu apakah perlu kita modifikasi lagi enggak? Supaya, daya tariknya lebih menjual," terangnya.

Namun demikian, Amoy menegaskan penataan ulang fisik lapak tidak menjadi opsi karena pasar telah selesai dibangun dan sebagian besar kios telah dimiliki pedagang.

Ia juga menjelaskan, seluruh area pasar telah diatur berdasarkan zonasi komoditas, seperti untuk bumbu, pakaian, dan barang lainnya. Setiap zona telah ditetapkan sejak awal pembangunan ulang selesai.

"Kita enggak punya kewenangan untuk menata ulang lagi karena barang ini sudah jadi dan sudah ada yang punya. Itu yang jadi masalahnya di situ,” kata Amoy. 

“Sekarang tugas saya, bagaimana ke depan untuk menghidupkan pasar ini? Baru kami cari formula-formula yang bagus dan menarik," tandasnya.

Terkait adanya usulan dari legislatif agar Pasar Johar dijadikan bagian dari paket wisata di Kota Semarang, Disdag menyatakan, rencana tersebut terbuka untuk dikembangkan.

Namun dengan catatan perlu ada kesiapan dari sisi pedagang, khususnya dalam hal penyajian produk dan pelayanan kepada pengunjung luar kota.

"Itu arahnya ke situ ya, supaya nilai jualnya lebih lebih mengena. Mungkin di tempat daerah mereka enggak ada tapi di Johor ada. Itu yang harus perlu kita konsepkan secara bersama-sama ke depan," imbuhnya. (Idayatul Rohmah/Rezanda Akbar D)

Baca juga: Mariana Berharap Pasar Johar Semarang Bisa Ramai Kembali

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved