Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Blora

Kisah Pedagang Pasar Rakyat Sido Makmur Blora, Tercekik Jualan Sepi Masih Dibebani Retribusi

Hanya beberapa kios pedagang yang buka, namun juga sepi pembeli. Sebagian kios yang lain malah tampak tutup.

|
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG/ M IQBAL
Caption  PASAR SEPI - Suasana lorong Blok A Pasar Rakyat Sido Makmur Blora sepi, Senin (29/9/2025).(Iqbal/Tribunjateng) 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Suasana sepi tampak begitu terasa di Blok A Pasar Rakyat Sido Makmur Blora.

Hanya beberapa kios pedagang yang buka, namun juga sepi pembeli. Sebagian kios yang lain malah tampak tutup.

Salah seorang pedagang pakaian di Blok A, Mohammad Mujib, mengeluhkan sepinya kondisi pasar.

Meskipun sepi pembeli, menurutnya para pedagang tetap diwajibkan membayar retribusi setiap hari.

Baca juga: Investasi Rp205 M! Pabrik Sol Sepatu Tiongkok Resmi Beroperasi di Batang, Serap 1.150 Tenaga Kerja

Baca juga: Warga Geruduk PDAM Tirta Baribis Brebes, Air Tak Mengalir 3 Bulan Tapi Tetap Suruh Bayar

Diketahui, retribusi kios pedagang berbeda-beda tergantung ukuran masing-masing kios.

Ada kios dengan tarif retribusinya dihitung Rp 500 per meter persegi. Jika ukuran kios 4 meter persegi, pedagang harus membayar retribusi Rp 2.000 per hari, atau Rp 60.000 per bulan.

Adapula kios yang tarif retribusinya Rp 600 per meter persegi. Jika ukuran kios 12 meter persegi, pedagang harus membayar retribusi Rp 7.200 per hari atau Rp 216.000 per bulan.

Mujib meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora agar ikut memikirkan bagaimana caranya agar Pasar ramai, bukan hanya menekan pedagang untuk membayar retribusi saja.

"Kalau jualannya enggak laku, enggak ada yang beli, yang dipakai untuk bayar (retribusi-red) apa?"

"Pejabat harusnya memikirkan bagaimana Pasar bisa hidup (ramai-red) lagi, harus dipikirkan bagaimana rakyat bisa makmur sesuai namanya Pasar Rakyat Sido Makmur, bukan hanya menghidupkan pajaknya saja yang dipikir," jelasnya, Senin (29/9/2025).

Lebih lanjut, Mujib juga mengeluhkan dengan adanya parkir elektronik di Pasar Sido Makmur Blora.

"Kalau itu jelas mempengaruhi, biasanya sampai siang tuh rame. Tapi sekarang kalau sudah jam 11.00 WIB itu sudah hilang manusianya. Dulu kan lalu lalang masih ada pagi sampai sore," jelas, pedagang pakaian tersebut.

Mujib pun hanya pasrah mengandalkan penjualan di Pasar untuk menghidupi keluarganya sehari-hari.

Ia pun tidak beralih ke penjualan online, lantaran dirinya tidak begitu paham teknis berjualan di toko-toko online.

"Kalau online orang-orang desa seperti saya ini nggak paham dengan online gitu mas," ujarnya.

Pihaknya berharap dengan kondisi pasar yang sepi, Pemkab ikut memikirkan. 

"Harapannya ya pokoknya dimudahkan, pajak enggak usah dinaikkan, terus dipikirkan juga bagaimana Pasar ini bisa ramai."

"Jangan tambah diberi palang pintu (parkir elektronik -red) itu kan orang akhirnya enggak mau masuk walaupun itu Rp 2.000, tetap orang enggak mau masuk orang. Itu justru 'membunuh' pedagang-pedagang yang di pasar," paparnya.(Iqs)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved