Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor di Majenang Cilacap

"Saya Akan Tunggu Sampai Anak Saya Ditemukan" Kisah Seorang Ayah di Lokasi Longsor Majenang Cilacap

Dengan tatapan kosong yang tak lepas dari area timbunan tanah, Tarkim (45) duduk termangu di tepi lahan bekas

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati
CERITA KELUARGA - Tarkim (45) duduk termangu duduk menatap rumahnya yang hilang ditelan longsoran di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Kamis (20/11/2025). Ia kehilangan Maesarah Salsabila (13), belum juga ditemukan dan Dyah Ramadani (17) telah ditemukan lebih dulu. 

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Dengan tatapan kosong yang tak lepas dari area timbunan tanah, Tarkim (45) duduk termangu di tepi lahan bekas rumahnya di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. 


Di hadapannya, tim Basarnas masih terus melakukan upaya pencarian di area Workshit A1. 


Sebuah area longsor yang sangat sulit dijangkau dengan alat berat, sehingga Basarnas mengupayakan pencarian secara manual.


Ada petugas yang menggunakan pompa, ada pula yang membawa sejumlah barang korban longsoran. 


Hari ini adalah hari kedelapan operasi SAR sudah berjalan, namun putri bungsunya, Maesarah Salsabila (13), belum juga ditemukan.


Tragedi longsor besar yang melanda Cibeunying merenggut dua nyawa anak Tarkim. 


Selain Maesarah putri keduanya, Dyah Ramadani (17) telah ditemukan lebih dulu dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa (18/11/2025). 

Baca juga: Ancaman Tanah Gerak di Maribaya Meluas, Pemdes Usulkan Relokasi Lewat APBD Jateng


"Saya coba tegar, tidak nangis. 


Tapi dalam hati saya kehilangan dua anak saya, anak kedua dan ketiga," ucap Tarkim lirih, yang mencoba menahan air mata semabari melihat ke titik longsor.


Tarkim masih mengingat jelas kejadian itu. 


Saat tanah bergerak dan rumahnya hilang ditelan bumi yang sudah jadi tempatnya tinggal. 


Kala itu Tarkim sedang mengikuti acara tahlilan di rumah anak Ketua RW.


"Jadi di rumah ada tiga orang. 


Ada istri saya dan dua anak saya di dalam, katanya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (20/11/2025). 


Beberapa menit sebelum bencana, sang istri sempat naik ke rumah Ketua RW yang posisinya lebih tinggi. 


Istrinya itu sedang di rumah pak RW sedang ngobrol sebentar. 


Namun tiba tiba disanalah ia melihat pergerakan tanah yang cepat menghantam rumah.


"Istri saya yang betul-betul melihat tanah itu bergerak dan menelan rumah. 


Dia teriak ‘Neng keluar Neng keluar!’ tapi cepet banget kayak suara kereta lewat,” tutur Tarkim.


Saat itu, Maesarah anaknya sedang tidur di kamar. Sementara kakaknya belum tidur.


Pertemuan Terakhir


Ada sesuatu yang kini selalu ia ingat, kejadian yang muncul tanpa firasat namun terasa seperti tanda perpisahan.


"Waktu itu anak-anak raut mukanya beda. 


Biasanya ceria, malah murung," katanya.


Dyah, sang kakak, tiba-tiba memeluk ibunya seuisai yasinan di rumah. 


"Saya kira mungkin gak enak badan," ujarnya.


Tak lama, Maesarah si bungsu masuk ke dapur. 


Ia tersenyum ke arah ayahnya, tanpa berkata apa pun.


"Dia lihat saya, senyum, terus balik ke kamar dan tidur. 


Itu pertemuan terakhir saya sama si bungsu," kenangnya.


Dyah ditemukan di kedalaman 10 meter dari titik rumah yang tertimbun. 


Diduga ia sempat berusaha menyelamatkan diri.


Sementara Maesarah belum ditemukan hingga hari kedelapan pencarian.


"Saya bakalan menunggu terus sampai ketemu anak saya yang satu. 


Pokoknya saya pengennya harus ditemukan bagaimanapun caranya," tegas Tarkim.


Ia sadar harapan hidup kemungkinan sudah tidak ada. 


Tapi bagi seorang ayah, menemukan jasad anaknya tetap berarti.

"Kalau tiga hari nggak ketemu, ya udah nggak apa-apa. 


Tapi tetap harus ditemukan," ucapnya.


Sang istri kini berada di pengungsian bersama warga lain sambil memulihan trauma. 


Sementara itu anak pertamanya, Ranti yang bekerja di Jakarta sudah kembali dan ikut bersama Tarkim menunggu adiknya ditemukan. 


Tarkim sendiri hanya bekerja serabutan.


Beberapa hari sebelum bencana, hujan turun tanpa henti. 


Ia mengaku sudah mendengar peringatan soal potensi tanah longsor.


"Saya kira bakalan yang di atas yang kena longsor," katanya. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved