Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Musala Ponpes Ambruk

Kisah Dokter Aaron saat Amputasi Santri di Bawah Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: Saya Sudah Siap Mati

Dokter Aaron masih ingat betul bahwa medan saat sangat sulit. Karena harus merayap ke dalam dengan lebar celah hanya sekitar 50 cm.

|
Penulis: Msi | Editor: muslimah
Kolase SURYA.CO.ID Yusron Naufal Putra/Dokumentasi RSUD R.T Notopuro Sidoarjo
DR AARON - (kiri) dr. Aaron Franklyn Soaduon Simatupang bertemu dengan korban ambruknya Ponpes Al Khoziny, Jumat (3/10/2025). (kanan) dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang saat ditemui di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam  

Sesampainya di dalam reruntuhan, Dokter Aaron masih sempat berkomunikasi dengan NA. 

NA memang terus meminta tolong. 

Tentu tindakan amputasi tidak langsung dilakukan begitu saja, setelah memastikan kondisi pasien, Aaron lantas keluar untuk kembali berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tim dokter senior.

Persiapan matang menjadi pertimbangan utama. Setelah dirasa memungkinkan, maka tindakan dilakukan. 

Prosesnya sekitar 10 menit.

Dokter Aaron bersyukur pasien berhasil dievakuasi, distabilisasi dan selanjutnya dirujuk ke RSUD R.T. Notopuro. 

"Jadi tetap pertolongan, (korban) dibius di sana, lukanya (amputasi) ditutup cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB baru selesai," ucapnya.

Sosok dokter Aaron

Dokter Aaron lahir di Jayapura, 29 Januari 1994.

Pria 31 tahun ini pernah menempuh dan menyelesaikan pendidikan S2 di Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum, Universitas Pembangunan Panca Budi. 

*Disclaimer: Informasi berasal dari pencarian Google, dan belum mendapatkan konfirmasi dari dokter Aaron. 

Kronologi Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk

Bangunan musala di Ponpes Al Khoziny itu ambruk pada Senin (29/9/2025) pukul 15.00 WIB. Saat kejadian, para santri Al Khoziny sedang bersiap melaksanakan salat Ashar.

Mulanya, Basarnas turun untuk melakukan evakuasi secara manual.

Namun, pada hari ke-4, Basarnas mulai menggunakan alat berat seperti crane untuk mengangkat puing-puing bangunan.

Kepala Sub Direktorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan mengapa pihaknya akhirnya mengerahkan alat berat.

Menurutnya, keputusan itu diambil setelah pencarian korban dengan metode manual tidak lagi membuahkan hasil.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved