Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Masa Depan 16 Motif Batik Rifaiyah: Perjuangan Dekranasda Batang Melawan Kepunahan

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Batang khawatir minat generasi muda hilang terhadap Batik Batang.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
dok Diskominfo Batang
BATIK BATANG - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Batang menggelar pertemuan pengurus dengan fokus pembahasan pada pelestarian Batik Batang dan pengembangan ekonomi kreatif.Dalam kesempatan itu, Faelasufa menyampaikan bahwa Kabupaten Batang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai kota wisata, selain perannya sebagai kota industri. 

TRIBUNJATENG.COM,BATANG - Batik khas Batang hanya tinggal menunggu kepunahan jika hanya dibiarkan.

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Batang berupaya untuk membangkitkan dan melestarikan warisan nusantara tersebut.

Ketua Dekranasda Batang, Faelasufa Faiz, dengan fokus pembahasan pada pelestarian Batik Batang dan pengembangan ekonomi kreatif.

Baca juga: KEK Industropolis Batang Pikat Pemasok LFP Nomor Satu Dunia, Total Investasi Rp 1,5 Triliun

Dalam kesempatan itu, Faelasufa menyampaikan Kabupaten Batang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai kota wisata, selain perannya sebagai kota industri.

 

“Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis telah membuktikan Batang sebagai kota industri. Kini, kami ingin mengangkat Batang sebagai Kota Tourism, salah satunya melalui penguatan nilai jual Batik Batang,” ujarnya dalam keterangan rilis, Kamis (11/9/2025).

Batik khas Batang yang disebutkan antara lain Batik Rifaiyah, Batik Pardi, dan Batik Gringsing.

Namun, Faelasufa mengungkapkan kekhawatirannya terhadap minat generasi muda terhadap batik, khususnya Batik Rifaiyah yang kini hanya memiliki 16 motif dari sebelumnya 24.

Sebagai langkah pelestarian, Dekranasda bersama Disperpuska tengah mendokumentasikan motif Batik Rifaiyah secara detail, termasuk penyalinan ke kain minyak dengan skala 1:1.

Selain itu, Dekranasda juga bekerja sama dengan Disperindagkop untuk mematenkan tinta warna alam milik Batik Pak Pardi dan mengembangkan kemasan produk agar lebih menarik secara komersial.

Tahun ini, Dekranasda juga akan mengikut sertakan Batik Batang dalam pameran Inacraft, serta mengadakan lomba mewarnai dan membuat desain motif batik.

“Kita berencana mengajak tim Dekranasda Provinsi Jawa Tengah atau beberapa Dekranasda Kab/Kota se-Jawa Tengah untuk berkonsolidasi, memamerkan potensi wilayahnya dalam ajang bergengsi Jakarta Fashion Week pada Oktober 2026 nanti,” terangnya.

Baca juga: Duta Baca Masuk Sekolah, Perpusnas dan Disperpuska Batang Genjot Literasi Pelajar Lewat Karya Lokal

Faelasufa Faiz berharap, batik Khas Batang bisa tetap eksis dan bisa menjadikan Kabupaten Batang sebagai Kota Tourism. 

Sementara itu, salah satu pengurus Dekranasda Sapto menyampaikan, batik khas Batang dengan harga yang tergolong mahal.

"Perlu kita bikinkan versi printing, agar banyak yang membeli, dan banyak yang memakai,"pungkasnya.

Pameran Batik Batang

Batik Gringsing, batik tulis khas Batang, sempat mencuri perhatian lewat keikutsertaan KEK Industropolis Batang dalam Pameran Batikraft & Kopi Wastra Aroma yang digelar KADIN Jawa Tengah di Queen City Mall Semarang, 3–7 September 2025.

Stan KEK Industropolis Batang menampilkan beragam produk Batik Gringsing hasil karya UMKM binaan, mulai dari sarung, selendang, syal, hingga blangkon.

Setiap motif yang ditampilkan bukan sekadar hiasan, melainkan cerminan nilai-nilai lokal yang dirawat dengan penuh cinta para perajin, termasuk seorang pembatik berusia 90 tahun yang masih aktif berkarya.

“Pameran ini adalah bentuk dukungan kami terhadap UMKM Batang,
mempromosikan batik lokal Batang sekaligus meningkatkan potensi UMKM
daerah.

Maka dari itu KEK Industropolis Batang hadir untuk memperkenalkan
Batik Gringsing," tutur Kepala Divisi Corporate Secretary KEK Industropolis Batang, M. Burhan Murtaki, Kamis (4/9/2025).
 
Selain itu, di balik keindahan Batik Gringsing terdapat proses pembuatannya yang sangat mengagumkan.

"Di mana salah satu pengrajin yang membuat batik ini telah berusia 90 tahun, dan masih produktif hingga saat ini, proses pembuatan satu lembar kain batik ini membutuhkan waktu hingga tiga bulan," imbuhnya.

Namun, Burhan juga menyoroti tantangan serius yang dihadapi industri batik saat ini, yakni maraknya batik printing murah yang kerap disalahartikan sebagai batik asli.

Fenomena ini dinilai menurunkan apresiasi terhadap batik tulis dan cap yang memiliki nilai budaya tinggi.

"Partisipasi ini diharapkan dapat menginspirasi pengrajin lain untuk turut serta dalam mendukung UMKM dan melestarikan budaya bangsa. KEK Industropolis Batang berencana untuk terus memperluas program kemitraan dengan para pengrajin lokal sebagai wujud nyata komitmen terhadap pembangunan keberlanjutan," ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, Eddy Sulistiyo Bramiyanto, turut memberikan apresiasi terhadap Batik Gringsing.

“Kami pernah berkunjung langsung ke Batang dan melihat sendiri keunikan batik ini. Potensinya besar dan layak dikembangkan,” ujarnya.

Baca juga: Selamatkan Batik Batang, SMK Neswara Siapkan Generasi Pembatik Muda

Senada, Ketua Umum KADIN Jawa Tengah, Harry Nuryanto Soediro, menyebut kehadiran KEK Industropolis Batang dalam pameran ini sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap potensi daerah.

“KEK Batang bukan hanya menarik bagi investor, tapi juga aktif membina UMKM. Ini patut diapresiasi,” pungkasnya. (din)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved