Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Dedi Mulyadi Syok Dengar Curhat Korban Truk Tambang Rumpin: Tradisi Lindas Agar Santunan Kecil

Korban truk tambang Rumpin ungkap ke Dedi Mulyadi soal sopir yang sengaja lindas korban agar santunan kecil. Kini ia hidup di kursi roda.

|
Editor: Awaliyah P
YOUTUBE
TRADISI LINDAS KORBAN - Dedi Mulyadi miris sekaligus syok mendengar pengakuan korban Truk Tambang Rumpin yang kini lumpuh. Devi, korban kecelakaan 5 tahun silam, mengungkap fakta bahwa ada tradisi sopir truk sengaja melindas korban agar santunan yang dibayarkan kecil. 

Langkah penghentian ini dilakukan karena masih banyak persoalan di lapangan, mulai dari kerusakan lingkungan, gangguan ketertiban umum, kemacetan parah, polusi udara, hingga seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas akibat padatnya truk tambang di jalan warga.

Selain itu, tata kelola rantai pasok dan operasional pertambangan dinilai belum sepenuhnya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kebijakan tersebut sempat menuai penolakan dari kalangan penambang dan sopir truk.

Dedi Mulyadi mengaku memahami reaksi tersebut, namun ia menegaskan bahwa keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama.

"Tetapi Anda juga harus paham, dari 2019 sampai 2024 ada 195 orang meninggal di jalanan karena terlindas truk, tersenggol, bertabrakan, ada 104 luka berat."

"Pertanyaannya adalah, ke mana Anda semua ketika banyak anak-anak yang kehilangan bapaknya?" ujar Dedi dalam sebuah video.

Menurut Dedi, selama lima tahun terakhir tercatat 195 korban meninggal dunia dan 104 orang mengalami luka berat akibat kecelakaan yang melibatkan truk tambang.

Ia juga menyoroti dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas, seperti meningkatnya kasus ISPA, depresi warga, hingga kerusakan ekosistem di wilayah tambang.

Dedi menekankan bahwa Jawa Barat bukan hanya milik generasi sekarang, tetapi juga generasi mendatang, sehingga setiap aktivitas ekonomi harus memperhatikan keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan.

Sementara itu, sejumlah warga mengeluhkan debu pekat yang setiap hari mengganggu pernapasan mereka.

"ISPA dan debu," keluh seorang warga.

Warga lain menambahkan, bukan hanya debu, tetapi juga ancaman keselamatan akibat seringnya truk tambang melintas di pemukiman.

Di sisi lain, Asosiasi Transporter Tangerang-Bogor (ATTB) membantah tudingan bahwa masih ada truk tambang beroperasi di Parung Panjang.

Menurut mereka, seluruh kendaraan sudah dialihkan ke jalur lain. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved