Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Penjelasan Medis Pihak Rumah Sakit Hasil Autopsi Pendaki Meninggal Gancet di Gunung Jawa Barat

Sepasang pendaki yang meninggal dunia dalam posisi gancet di gunung Jawa Barat sempat menjalani autopsi.

|
Penulis: Adelia Sa | Editor: galih permadi
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi hubungan suami istri: Penjelasan Medis Pihak Rumah Sakit yang Autopsi Pendaki Gancet di Gunung Jawa Barat 

TRIBUNJATENG.COM - Sepasang pendaki yang meninggal dunia dalam posisi gancet di gunung Jawa Barat sempat menjalani autopsi.

Kisah ini viral setelah diceritakan oleh wanita bernama Hilya dalam podcast yang diunggah di Youtube Denny Sumargo pada 16 Oktober 2025.

Sebagai orang yang pertama kali menemukan pasangan tersebut meninggal di dalam tenda, Hilya pun ikut dimintai keterangan saat proses autopsi.

Baca juga: Cerita Pendaki Dengar Suara Mendesah Pasangan Kekasih Sebelum Ditemukan Tewas Gancet di Tenda

Apa Itu Gancet? Fenomena Langka Dialami Sepasang Pendaki di Gunung Sampai Tewas

BREAKING NEWS Pencari Rongsok Ditemukan Tewas Tenggelam di Sungai Kalong Brebes

Segini Kekayaan Guntur Pamungkas, Anggota DPRD Blitar Viral: Utang Rp 700 Juta di LHKPN

Hilya menceritakan jika akhirnya alat kelamin pasangan itu tetap tak bisa dipisahkan.

Sehingga harus dipotong.

"Terus pas sampai di rumah sakit pun nggak bisa lepas, keduanya nggak bisa lepas. Itu dipotong, kemaluan laki-lakinya," 

Hilya memaparkan jika hasil autopsi dari rumah sakit otot vagina si perempuan mengalami kram.

Posisi saat itu alat kelamin pria berada di dalam tubuh di wanita sehingga ikut kram.

Dan berujung tidak bisa dilepas.

"Dari secara medis, memang itu ada pembengkakan karena kemaluan perempuan itu kram. Terus abis itu karena si laki-lakinya, posisi laki-laki di bawah. Ketika kemaluan perempuan kram, dan kemaluan laki-lakinya masih di dalam, itu nggak bisa lepas, karena posisi nggak bisa melepas laki-lakinya,"


"Itu yang kenapa bisa yang nggak bisa lepas, itu mungkin terlalu lama. Kondisi kemaluan perempuannya itu kram dan ada pembengkakan di area vagina, itu sampai memecahkan pembuluh darahnya. Kan kemaluan laki-laki di dalam, kayak nyamber kesetrum ke badan laki-laki.
Di rekam medis, kenapa nggak bisa dilepas, kemaluan laki-lakinya ikut kram karena si perempuannya ini," papar Hilya menceritakan hasil autopsi pihak rumah sakit.

Hilya menceritakan jika dirinya sempat bertemu dengan pasangan itu saat hendak menuju ke pos 4.

Pendaki wanita itu tampak lelah dan sedang istirahat.

"Tetehnya kayak capek, aku tanya sama cowoknya 'bang kenapa?' 'kecapean aja'. 
Nggak lama ceweknya nangis, 'aku mau turun mau turun'.
Cuma karena cowoknya kayak maksain, bisa kok pelan-pelan," ucap Hilya.

Dari keterangan Hilya, pasangan yang belum menikah itu baru berumur belasan saat kejadian.

"Kalau kemarin perempuannya 2001, cowoknya 2000," ucap Hilya.

Kemudian Hilya melanjutkan perjalanan hingga ke pos 4 meninggalkan sepasang kekasih itu.

Tak berapa lama, pasangan tersebut sampai di pos 4.

Pendaki wanita itu kembali menangis dan minta turun.

Namun si cowok keras kepala melanjutkan perjalanna ke puncak, padahal si pendaki wanita baru pertama kali naik gunung.

"Ya udah kak biarin aja, biar dia istirahat dulu," ucap Hilya menirukan suara si pendaki pria.

Bahkan korban sempat bertingkah aneh hingga pingsan saat di pos tersebut.

"Dia ketawa melengking, kayak ketawanya bukan dia. Kita sebut kesurupan, tapi aku masih positif thingking, kayaknya nggak," ucap Hilya.

Setelah menangkan wanita itu, Hilya dan rekannya lalu mencoba menenangkan pendaki wanita itu.

Rombongan Hilya lalu melanjutkan perjalanan ke area camp di puncak.

Setelah beberapa saat, sepasang pendaki itu sampai di area camp di atas gunung bersama rombongan Hilya.

Mereka lalu mendirikan tenda di lokasi tersebut.

Sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan Hilya mendengar suara desahan yang cukup samar.

Namun mereka tak mau ambil pusing.

"Jam 11an gue udah mau tidur, tapi temen samping gue ngomong gini. 'Eh lu denger sesuatu nggak, suara-suara'

Pas gue telaah, iya sih kayak gue denger, tapi gue nggak mau ngomong. Itu bukan suara horor tapi kayak suara desahan," ucap Hilya.

Paginya, Hilya sempat menuju puncak untuk melihat sunset.

Namun hingga siang, sepasang pendaki itu tak keluar dari tenda.

Hilya berinisiatif memberikan makanan ke tenda tersebut hingga ia menggoyang-goyangkan tenda.

Sampai akhirnya, Hilya dan temannya mengecek ke dalam tenda dan menemukan pasangan tersebut dalam kondisi meninggal.

"Bang-bang bangun udah siang, nggak ada respon, gue buka tendanya. Terus gue bingung, nih orang semalam berdua, ini kenapa sekarang sendiri. Posisinya 1 tumpukan doang, sleeping di atasnya, tapi tinggi. Orang 1 nggak mungkin, ini pasti dua. Itu masih ketutupan Sleeping Bag, terus ampe kak gue pegang, itu dia cuma, kaku, gue inisiatif gue buka.

Gue kaget shock, ngeliat si cowok di bawah, ceweknya di atas, nggak pakai baju. Badannya uda mulai menghitam keunguan," papar Hilya.

"Matanya si cewek dan cowok melek, tapi urat matanya kayak udah keluar itu. Mereka melek, badannya keras, warnanya udah warna hitam biru ungu. Kaku," 

Setelah itu pihak ranger atau relawan menghubungi orang-orang basecamp untuk melakukan evakuasi.

Insiden tragis itu sendiri terjadi pada 2019 lalu.

Apa itu Gancet?

Gancet adalah kondisi medis langka yang terjadi saat alat kelamin pria terjepit dalam alat kelamin wanita ketika berhubungan badan.

Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai Penis Captivus.

Kondisi ini bisa terjadi karena kontraksi otot vagina yang sangat kuat.

Hal itu bisa dipengaruhi oleh faktor fisik, emosional, kecemasan, psikologis.

Dilansir dari artikel Kompas yang terbit pada 11 September 2021, yang dikutip dari Medical News Today, aliran darah akan mengalir ke penis hingga terjadi ereksi selama berhubungan intim.

Sementara itu, dinding vagina mengendur dan vulva terlumasi.

Dinding vagina sendiri terdiri dari jaringan otot yang akan berkontraksi dan mengembang saat berhubungan intim.

Termasuk saat orgasme.

Kontraksi yang terlalu kuat, dalam beberapa kasus membuat alat kelmin pria sulit dikeluarkan.

Masih dilansir dari Kompas.com yang dikutip dari BBC, dokter seksual asal Inggris, Dr John Dean menjelaskan bahwa otot-otot dasar panggul perempuan berkontraksi secara berirama saat orgasme.

Saat terjadi kontraksi, penis yang teraliri darah juga semakin besar sehingga potensi terjadi penis captivus lebih tinggi.

Namun saat otot vagina mengendur, darah kembali mengalir dari penis sehingga kedua organ ini bisa dipisahkan.

Selain itu, kondisi gancet juga bisa terjadi karena kondisi vaginismus atau menutupnya vagina secara tidak sadar akibat kejang otot di dasar panggul.

Ketika otot-otor telah rileks dan mengendur, kemungkinan organ intim dapat kembali dipisahkan.

Kondisi ini sendiri jarang terjadi.

Namun jika mengalami kondisi ini, pastikan untuk tetap tenang.

Jangan paksa penis keluar dari vagina karena dapat menyakiti atau melukai.

Cobalah untuk tenang agar otot-otot rileks dan bisa dilepas.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved